Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buntut Demo Penolakan PPKM, Sejumlah Pemuda Diamankan Bawa Bom Molotov, 3 di Antaranya Reaktif

Kompas.com - 21/07/2021, 19:53 WIB
Agie Permadi,
I Kadek Wira Aditya

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Polisi temukan bom molotov dan amankan sejumlah pemuda yang diduga melakukan perusakan fasilitas umum saat long march unjuk rasa penolakan dilanjutkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Kota Bandung.

Kepala Polisi Resort Kota Besar (Polrestabes) Bandung, Komisaris Besar (Kombes) Ulung Sampurna Jaya mengatakan, bahwa unjuk rasa ini berawal dari aksi di media sosial untuk mengajak para mahasiswa, ojek online (Ojol), dan pedagang kaki lima untuk melakukan demo.

Aksi unjuk rasa awalnya berjalan seperti biasa di Balai Kota Bandung. Namun, tak lama kelompok berbaju hitam pun mulai masuk ke kerumunan.

Baca juga: Makan Sepiring Berdua Saja Alhamdulillah, Tidak Memikirkan Lauknya apa. Ketemu Nasi Saja Sudah Bersyukur

 

Saat aspirasi diterima pemerintah setempat, massa Ojol dan PKL pun akhirnya membubarkan diri mengikuti arahan petugas kepolisian.

"Namun kita ketahui bahwa ojol dan kaki lima tidak akan ikut campur karena ini urusannya akan mengganggu Kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) Kota Bandung sehingga mereka memisahkan diri," ucap Ulung di Gedung Sate, Rabu (21/7/2021).

Baca juga: Viral, Video Ratusan Driver Ojol Konvoi Penuhi Jalanan Kota Bandung Sambil Teriak Buka Buka

Ulung menduga ada oknum kelompok yang hendak membuat situasi tidak kondusif di Kota Bandung.

"Adapun mahasiswa yang unjuk rasa itu sekitar 150 orang dan itu ditunggangi pihak lain yang akan membuat Kota Bandung ini tidak kondusif," ujarnya.

Ketika massa Ojol dan PKL membubarkan diri, ada kelompok lain diluar massa Ojol dan PKL, melakukan long march ke Gedung Sate atau Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Mereka melakukan long march ke Gedung Sate, tetapi sesampainya di perempatan jalan mereka melakukan penutupan jalan, dengan melakukan orasi, sehingga menjadi kemacetan panjang," jelasnya.

 

Oknum rusak fasilitas umum

Tak hanya itu, oknum kelompok berbaju hitam pun melakukan perusakan fasilitas umum di sekitar jalan yang dilalui mereka saat long march tersebut.

"Kemudian mereka melakukan perusakan-perusakan di sekitarnya, ada 60 pot yang dirusak," ujarnya.

Guna menghidari perusakan dan tindakan anarkis yang lebih luas lagi, maka petugas kepolisian pun akhirnya melakukan pembubaran kelompok massa anarkis tersebut.

Apalagi kelompok massa tersebut tidak mematuhi protokol kesehatan seperti tak menggunakan masker.

"Kita bubarkan mereka karena tidak mematuhi prokes, tidak memakai masker, menutup jalan sehingga terjadi kemacetan panjang, kemudian mereka melakukan perusakan," terang Ulung.

Sebanyak 150 orang yang diduga melakukan tindakan anarkis melakukan perusakan diamankan petugas.

Mereka di kumpulkan di halaman gedung sate, tepatnya di depan kantor Sekretariat Daerah Provinsi Jabar, Gedung B.

Ratusan orang yang diamankan tersebut terdiri dari mahasiswa, pelajar SMA, SMP, putus sekolah, hingga pengangguran.

Kemudian, dari ratusan pemuda ini dilakukan tes swab antigen untuk memastikan kesehatan mereka. Namun hasilnya ada beberapa orang yang dinyatakan reaktif.

"Dan hasil sementara untuk swab antigen ternyata baru dimulai, sudah tiga orang dinyatakan reaktif, artinya memang kerawanan dalam kerumunan itu sangat tinggi sekali, menyebarkan penyebaran Covid-19 itu, mereka seolah-seolah tidak ada Covid-19, dan tidak pakai masker," ucapnya.

 

Temukan bom molotov

Tak hanya itu, petugas juga menemukan bom molotov yang diduga dipersiapkan oknum pada kelompok itu untuk membuat kondisi Kota Bandung tak kondusif.

"Alhamdulillah mereka tertangkap dan barbuk (barang bukti) bom molotov sudah kita sita semua. Ada lima orang yang bawa bom molotov dan kita lakukan pemeriksaan oleh reskrim (reserse kriminal), serta di tes swab," katanya.

Diberitakan sebelumnya, massa dari berbagai kelompok melakukan unjuk rasa di Balai Kota Bandung.

Baca juga: Pasang Bendera Putih di Gerobak, Pedagang: Biar Pemerintah Tahu, Kita Sudah Babak Belur

 

Aspirasi massa Ojol dan PKL sudah diterima pemerintah setempat yakni menyuarakan rumah makan buka hingga pukul 21.00 WIB, dan mendapatkan izin akses jalan apabila ada penyekatan selama ada izin petugas.

Sekitar pukul 13.00 massa Ojol dan PKL membubarkan diri mengikuti arahan kepolisian, menghindari massa berbaju hitam yang mulai menyusup.

Demo sempat berlangsung ricuh pukul 13.00 WIB antara pihak kepolisian dan massa berbaju hitam. Namun, kericuhan hanya berlangsung sekitar lima menit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dendam Kesumat Istri Dilecehkan, Kakak Beradik Bacok Warga Demak hingga Tewas

Dendam Kesumat Istri Dilecehkan, Kakak Beradik Bacok Warga Demak hingga Tewas

Regional
Digigit Buaya 2,5 Meter, Pria di Pasaman Barat Luka Parah di Kaki

Digigit Buaya 2,5 Meter, Pria di Pasaman Barat Luka Parah di Kaki

Regional
Raih Satyalancana dari Jokowi, Bupati Jekek Ajak Semua Pihak Terus Bangun Wonogiri

Raih Satyalancana dari Jokowi, Bupati Jekek Ajak Semua Pihak Terus Bangun Wonogiri

Regional
TKN Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, Ini Tanggapan Gibran

TKN Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, Ini Tanggapan Gibran

Regional
Penumpang yang Tusuk Driver 'Maxim' di Jalan Magelang-Yogyakarta Terinspirasi Film 'Rambo'

Penumpang yang Tusuk Driver "Maxim" di Jalan Magelang-Yogyakarta Terinspirasi Film "Rambo"

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Ayah Gembong Narkoba Fredy Pratama Divonis 1,8 Tahun Penjara, Seluruh Hartanya Dirampas Negara

Ayah Gembong Narkoba Fredy Pratama Divonis 1,8 Tahun Penjara, Seluruh Hartanya Dirampas Negara

Regional
Berangkat dari Jakarta, 'Driver' Maxim Dibunuh Penumpangnya di Jalan Magelang-Yogyakarta

Berangkat dari Jakarta, "Driver" Maxim Dibunuh Penumpangnya di Jalan Magelang-Yogyakarta

Regional
Penumpang KMP Reinna Jatuh ke Laut, Saksi Sebut Posisi Korban Terakhir di Buritan

Penumpang KMP Reinna Jatuh ke Laut, Saksi Sebut Posisi Korban Terakhir di Buritan

Regional
Kecelakaan Maut Bus Eka Vs Truk di Tol Solo-Kertosono, Satu Penumpang Tewas

Kecelakaan Maut Bus Eka Vs Truk di Tol Solo-Kertosono, Satu Penumpang Tewas

Regional
Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Regional
Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Regional
KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

Regional
Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Regional
Pilkada Sumsel, Holda Jadi Perempuan Pertama yang Ambil Formulir di Demokrat

Pilkada Sumsel, Holda Jadi Perempuan Pertama yang Ambil Formulir di Demokrat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com