KOMPAS.com - Kisah pilu dialami Nurul Lita Dianasari (25), ibu hamil di Pamekasan, Jawa Timur yang meninggal dunia saat hendak menjalani persalinan.
Dia sempat ditolak tiga rumah sakit (RS) hingga akhirnya diterima di RSUD Smart Pamekasan.
Namun belum sampai mendapatkan penanganan, warga Dusun Biyan Tengah, Desa Kaduara Barat, Kecamatan Larangan ini sudah kehilangan nyawa.
Lita meninggal dunia bersama janin yang dikandungnya.
“Saya yakin waktu diangkat ke atas bed, istri saya sudah meninggal. Tapi, masih ada perawat yang berusaha memasang oksigen baru,” kata suami Lita, Taufiqurrahman, Senin (19/7/2021).
Sebab saat tiba di RSUD, kata Taufiq, wajah istrinya sudah pucat dan kukunya membiru.
Baca juga: Pontang-panting Cari Rumah Sakit, Nurul Lita Dianasari dan Bayinya Meninggal
Kontraksi pagi hari
Taufiq menceritakan istrinya mengalami kontraksi pada pukul 08.00 WIB. Dia pun membawa sang istri ke bidan desa.
“Jam 8 pagi istri saya mulai kontraksi awal. Saya bawa ke bidan desa, ternyata masih belum waktunya persalinan. Kami disuruh menunggu sampai tiba waktunya melahirkan,” kata Taufiq.
Hingga sekitar pukul 16.00 WIB, Lita kehabisan tenaga dan air ketubannya habis.
Bidan kemudian menyarankan agar Lita dibawa ke rumah sakit untuk menjalani operasi sesar.
Baca juga: Ganjar: Kalau PPKM Diperpanjang dengan Pola Sama seperti Ini, Masyarakat Berat
Sempat kebingungan mencari rumah sakit, mereka kemudian menuju RS di Jalan Bonorogo Pamekasan, namun ditolak.
“Saat tiba di rumah sakit, perawat memeriksa Lita di atas mobil saja. Karena tekanan oksigen di bawah 50, Lita kemudian ditolak untuk dioperasi,” ujarnya
Masih bersama bidan tersebut, mereka lalu menuju RS di Jalan Mandilaras Pamekasan, namun petugas menolak karena tekanan oksigen Lita tinggal 44.
“Bahkan, bidannya dimarahi oleh perawat rumah sakit karena tidak menggunakan alat pelindung diri,” terang Taufiq.
Baca juga: Idul Adha Saat PPKM Darurat, Jemaah Padati Masjid-masjid di Medan
Kemudian, mereka menuju RS ketiga yang juga berada di Jalan Bonorogo Pamekasan.
Tiba di sana pukul 17.15 WIB, mereka mendapati kondisi RS pelat merah itu yang sudah penuh pasien Covid-19.
Meninggal dunia
Akhirnya mereka menuju ke RSUD Smart Pamekasan dan merasa mendapatkan pelayanan yang tidak ramah.
Mereka harus mencari kursi roda sendiri dan menaikkan Lita ke tempat tidur sendiri.
Mereka juga harus mendorong tempat tidur tersebut masuk ke rumah sakit.
“Saya heran dengan pelayanan di rumah sakit pemerintah ini. Kok bisa tidak ada perawat dan dokter yang menangani pasien,” ungkap Taufiq.
Meski akhirnya mendapatkan rumah sakit, kondisi Lita sudah terlanjur memburuk dan akhirnya meninggal dunia.
Lita meninggal pada Minggu (18/9/2021) pukul 18.30 dan jenazahnya dibawa pulang untuk dimakamkan.
“Harapan saya, salah satunya bisa diselamatkan. Entah ibunya atau anaknya. Tapi takdir berkata lain, ibu dan bayinya sama-sama meninggal,” tutur Kepala Desa Kaduara Barat, Endang Susilawati Ningsih.
Baca juga: Pengakuan Pria dalam Video Viral Terobos Penyekatan: Saya Tarik Polisi ke Pinggir karena...
Direktur RSUD Smart Pamekasan Farid Anwar menegaskan, jajarannya menjalankan tugas dengan baik, namun kondisi rumah sakit sedang penuh dengan pasien Covid-19.
Jumlah perawat di RS terbatas. Sementara ada banyak pasien yang harus ditangani.
“Bukan perawat sikapnya tidak ramah, tetapi saat itu perawat yang lain sedang merawat pasien yang lain. Rumah sakit sedang full sekarang,” tulis Farid Anwar, melalui pesan WhatsApp.
Menanggapi keluarga pasien yang mengambil kursi roda sendiri dan mengangkat pasien ke tempat tidur pasien, serta mendorong bed pasien sendiri, Farid menilai itu tindakan untuk membantu rumah sakit.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman | Editor : Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.