PAMEKASAN, KOMPAS.com - Perjuangan Nurul Lita Dianasari (25) untuk melahirkan bayinya berakhir dengan kehilangan nyawa.
Istri Taufiqurrahman (26) asal Dusun Biyan Tengah, Desa Kaduara Barat, Kecamatan Larangan ini, sudah pontang-panting mencari rumah sakit di Kabupaten Pamekasan yang bisa membantu persalinannya, namun selalu ditolak.
Ekpresi kesedihan begitu tampak ketika Taufiq menceritakan perjuangan istrinya untuk melahirkan anaknya.
“Jam 8 pagi istri saya mulai kontraksi awal. Saya bawa ke bidan desa, ternyata masih belum waktunya persalinan. Kami disuruh menunggu sampai tiba waktunya melahirkan,” kata Taufik, mengawali ceritanya, Senin (19/7/2019).
Baca juga: 120 Bidan di Pamekasan Terpapar Covid-19, 2 Meninggal Dunia
Delapan jam menunggu waktu melahirkan, Lita ternyata kehabisan tenaga.
Air ketubannya sudah habis. Bidan menyarankan agar dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi sesar.
Dibawalah Lita ke rumah sakit. Namun, belum jelas rumah sakit mana yang menjadi tujuan.
Bidan yang mengiringi Lita, masih berusaha mencari rumah sakit di tengah perjalanan yang siap menerima.
Sebuah rumah sakit di Jalan Bonorogo Pamekasan disebut siap menerima.
“Saat tiba di rumah sakit, perawat memeriksa Lita di atas mobil saja. Karena tekanan oksigen di bawah 50, Lita kemudian ditolak untuk dioperasi,” sambung Taufik.
Pasangan suami istri yang baru setahun membina rumah tangga ini, kemudian mencari rumah sakit lain.
Bidan berusaha mencarinya. Mereka tiba di rumah sakit swasta di Jalan Mandilaras Pamekasan.
Pemeriksaan Lita juga dilakukan di atas mobil oleh perawat. Namun, di sana istrinya disebut juga ditolak.
“Bahkan, bidannya dimarahi oleh perawat rumah sakit karena tidak menggunakan alat pelindung diri,” terang Taufiq.
Lita ditolak karena tekanan oksigennya tinggal 44.