KOMPAS.com - Citra fotografis yang menangkap penampakan fireball meteor menjadi perhatian di media sosial
Fireball meteor tersebut dipotret oleh Arya Kamandanu (17), seorang pelajar asal Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Minggu (12/7/2021).
Arya sedang mempelajari astrofotografi. Hari itu, ia berniat memotret gugusan bintang Galaksi Bima Sakti di persawahan dekat Monumen Perjuangan TNI AU Bantul.
Baca juga: Astronom Benarkan Fireball Si Meteor Terang Jatuh di Langit Yogyakarta, Ini Penjelasannya
Namun karena tertutup awal, ia pun mengarahkan kamera ke langit di atas permukiman penduduk.
Saat hendak memotret, muncul cahaya terang. Bahkan Arya menyebut cahaya itu tampak dengan mata telanjang.
“Warna ekornya agak kehijauan dan memang terang, untuk bagian inti komet terang sekali. Pas mendekati horison pecah jadi warna merah,” jelas dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/7/2021).
“Sebenarnya itu insidental saya tidak kira, karena saat menekan kamera ada meteor lewat itu,” kata dia.
Baca juga: Fenomena Langit Juli 2021: Matahari di Atas Kabah hingga 2 Hujan Meteor
Arya mengaku ia mengambil foto itu dengan kamera ponsel.
“Saya pakai kamera HP, ini baru pertama kali memotret meteor ini. Saya memotret dengan adik kelas saya yang sama-sama belajar astrofotografi,” ujarnya.
Ia kemudian membagikan foto itu ke komunitas astrofotografi. Dari komunitas tersebut, ia mengetahui jika objek yang ia foto adalah sebuah fireball yakni meteor dengan massa yang lebih besar.
“Jadi dia punya waktu lebih lama terbakar di atmosfer, cahayanya juga lebih terang. Durasinya juga singkat banget kurang dari enam detik cuma sekali lewat,” pungkasnya.
Baca juga: Cerita Arya, Pemotret Fireball di Langit Bantul
"Ya. Banyak saksi mata melaporkan meskipun sejauh ini hanya ada satu citra fotografis yang memperlihatkan keberadaan meteor-terang tersebut," kata Marufin kepada Kompas.com, Selasa (13/7/2021).
Marufin meyakini bahwa hasil tangkapan layar Aryo tersebut adalah meteor terang atau fireball karena gambar penampakan kilatan cahaya tersebut.
Baca juga: Ada 2 Hujan Meteor Malam Ini, Muncul Setelah Matahari Terbenam
Meteor terang atau fireball meteor yang jatuh di Yogyakarta ini tampak 'berkepala' kemerah-merahan, mengindikasikan bahwa kecepatan geraknya relatif lambat sehingga kemungkinan besar berasal dari fragmen asteroid yang memasuki atmosfer Bumi.
"Maka dapat dianggap meteor terang ini berkomposisi kondritik," jelasnya.
Lebih lanjut, kata Marufin, analisis sederhana memperlihatkan lintasan meteor terang tersebut dari utara ke selatan sepanjang sekitar 80 km pada lokasi yang berjarak 190 hingga 250 km di sebelah barat daya kota Yogyakarta.
Meteor terang tersebut membentuk lintasan yang menyudut 25 derajat terhadap parasbumi.
Dari Yogyakarta, fireball tersebut terlihat mulai dari ketinggian 23 derajat hingga 6 derajat.
Baca juga: Perbedaan antara Meteoroid, Meteor, dan Meteorit
"Tidak (akan menyentuh Bumi). Ukurannya terlalu kecil untuk bisa menyisakan massa yang cukup guna melanjutkan perjalanan hingga menyentuh parasbumi," kata dia.
Dengan perkiraan ukuran kurang dari 50 cm, maka segenap massa meteor-terang tersebut akan menguap habis akibat tingginya suhu oleh pemanasan ram pressure di mulai ketinggian 50 km dpl.
Baca juga: [POPULER SAINS] Fireball Jatuh di Yogyakarta | Alasan PPKM Darurat Harus Diperpanjang
"Tidak ada pengaruhnya (fireball langit Yogyakarta terhadap Bumi). Meteoroid ini terlalu kecil. Dia juga menguap habis di atmosfer," ungkapnya.
Namun, Marufin menyebutkan salah satu fakta menariknya dari fenomena ini yaitu tersedia citra fotografis cukup jelas sehingga posisi meteor-terang dapat dilacak (terhadap sistem koordinat langit) pada tingkat resolusi yang tinggi.
Sehingga analisis terhadapnya dapat dilakukan dengan lebih presisi.
Baca juga: Foto Meteor Jatuh di Puncak Gunung Merapi, Astronom Sebut Jenis Fireball
Meskipun dengan hanya ada citra tunggal maka proses triangulasi tidak bisa dilakukan. Dengan begitu, kedudukan sesungguhnya meteor-terang atau fireball meteor tersebut masih memiliki unsur galat.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Wisang Seto Pangaribowo, Ellyvon Pranita | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief, Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.