Usahanya mulai berkembang dan mendapatkan pelanggan tetap dari karyawan sebuah pabrik. Namun, Ririn memilih menutup usahanya ketika pabrik tempat pelanggannya bekerja terdampak pandemi Covid-19.
Dia dan suaminya, Dwi Indiarto, memutuskan pulang ke rumah orangtua Dwi di Blitar pada Januari. Kurang dari sebulan kemudian, Ririn memulai menawarkan soto ayam Rp 2.000 per porsi melalui Facebook.
"Kalau ada yang pesan, suami saya yang antar tanpa ada ongkos kirim selama masih dalam jarak wajar," katanya.
Awalnya, kata Ririn, ada saja yang mencurigai soto ayam buatannya menggunakan daging tidak layak konsumsi dan berbagai sangkaan negatif lain.
Namun, Ririn memiliki kesabaran untuk menghadapi komentar miring di media sosial. Hingga perlahan, komentar miring itu mulai diimbangi testimoni positif dari mereka yang pernah membeli soto ayamnya.
Baca juga: Kabupaten Blitar Mencatat Jumlah Kematian Tertinggi Selama Pandemi
"Ketika pelanggan mulai banyak, justru mereka meminta saya buka warung offline agar mereka bisa sambil ngopi dan ngobrol," ujar ibu satu anak itu.
Maka, menjelang bulan puasa lalu, dia dan Dwi mulai membeli satu set meja dan kursi kayu untuk diletakkan di teras rumah mertuanya.
Berangsur-angsur, dia dapat membeli tambahan meja dan memasang paranet sebagai atap sementara di halaman rumah mertua yang tidak begitu luas.
"Maka, jadilah seperti sekarang, warung di halaman rumah orangtua," ujar Ririn sembari menunjukkan warung sederhana dengan lima set meja dan kursi di halaman rumah.
Dengan jumlah pelanggan terus bertambah, warung makan Omah Rindu kini memiliki empat pekerja, meskipun sejak PPKM darurat, tiga di antaranya dengan kesadaran menawarkan diri untuk dirumahkan sementara.