Namun, toh sampai saat ini, soto ayam adalah menu yang paling banyak diminati pelanggan.
Sebelum pemberlakuan PPKM darurat, kata Ririn, antara 400 sampai 500 porsi soto ayam ludes.
Soto daging sapi seharga Rp 5.000 per porsi menempati urutan kedua yang paling diminati pembeli dengan rata-rata terjual 100 porsi setiap harinya.
"Pernah seorang guru SD sebelah ini ulang tahun dan dia mentraktir makan seluruh siswa yang masuk sekolah hari itu, setelah kami total cuma habis Rp 110.000," kenang Ririn.
Menurutnya, sebelum PPKM darurat, Omah Rindu memiliki omzet penjualan paling sedikit Rp 1,5 juta per hari.
Baca juga: Langgar Protokol Kesehatan Saat PPKM Darurat di Bali, 3 WNA Dideportasi
Pada Jumat hingga Minggu, omzet warung mencapai Rp 2,5 juta per hari.
"Tapi sejak PPKM darurat, omzet turun tinggal sekitar setengahnya saja," tuturnya.
Ririn menyadari bahwa warung makan miliknya cepat dikenal masyarakat karena menawarkan harga murah di tengah ekonomi masyarakat yang semakin sulit akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.
Warung makan murah sebenarnya sudah menjadi obsesi bagi Ririn yang telah menggeluti usaha kuliner sejak tinggal di kota kelahirannya, Kabupaten Tulungagung. Namun di sana, dia mengaku tidak mendapatkan kenyamanan dalam berusaha.
Hingga pada 2016, dari Tulungagung Ririn hijrah ke Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, untuk membuka usaha warung makan dengan modal pas-pasan.
"Saya jual soto ayam Rp 3.000 per porsi di Cikarang, tapi saya dimusuhi habis-habisan oleh warung makan lainnya," tutur Ririn.