Kemudian, benda-benda itu dibawa ke beberapa anggota TNI dan warga yang sedang menyusun batu untuk pembuatan tembok saluran irigasi.
Keringat mengucur deras di wajah Oma Rahel yang mulai keriput.
Dia pun beristirahat sejenak di bawah pohon kelapa, sembari meraih botol air mineral dan meminumnya.
"Terima kasih kepada bapak-bapak tentara yang sudah membantu kami membuat saluran irigasi. Kami sangat senang, sehingga semua masyarakat kerja termasuk saya," ujar Oma Rahel kepada Kompas.com.
Menurut Oma Rahel, irigasi yang dibangun oleh TNI itu untuk masyarakat sekitar, sehingga sudah menjadi kewajiban mereka juga untuk terlibat dalam proses pekerjaan.
Menurut Oma, dua hari sejak pembukaan kegiatan TMMD pada Juni lalu, dirinya langsung aktif bekerja.
Hampir setiap hari Oma ikut terlibat bersama warga dan TNI.
Apabila berhalangan hadir, itu pun karena ada urusan keluarga yang tak bisa ditinggalkan.
Sebagai petani yang memiliki lahan sawah sebanyak 2 petak, Oma Rahel tahu betul bahwa saluran irigasi yang dibangun itu sangat bermanfaat buat dia dan warga lain.
Sejak suaminya Martinus Malesi meninggal dunia pada Agustus 2020, Oma Rahel harus turun menggarap sawahnya.
Dia dibantu seorang cucu bernama Riska (18) yang tinggal bersamanya.
Sedangkan semua anaknya sudah berumah tangga dan tinggal terpisah dari dia.
Ia yakin bahwa saluran irigasi yang dibangun pertama kali di wilayah mereka itu akan mengatur air, sehingga tidak terbuang percuma.
Kondisi itu diyakini akan sangat berpengaruh pada hasil panen nantinya.
"Khusus untuk saya, satu tahun hanya bisa tanam padi sekali saja dan beras dapatnya 10 karung. Tapi kalau sudah bangun saluran irigasi ini, tentu bisa dua kali tanam dan panen bisa semakin banyak," ujar Oma Rahel.
Oma Rahel berharap apa yang sudah dibuat TNI untuk masyarakat bisa terus ditingkatkan lagi.
"Saluran irigasi ini telah menjawab keinginan masyarakat dan tentu berguna bagi anak dan cucu kami nanti, sehingga saya mau sampaikan terima kasih kepada Pak Tentara," ujar Oma Rahel.