Wahyudi menambahkan, Haji Momo langsung menyewa kapal untuk menyeberangkan 53 tabung oksigen kosong ke Kota Tarakan.
"Akhirnya semua diisi di Tarakan dan kapal itu bolak balik membawa oksigen. Saat ini kita sudah memiliki stok 13 tabung besar dan 40 tabung kecil oksigen," kata Wahyudin lega.
Haji Momo seakan menjadi nama terakhir yang menjadi alternatif bagi warga perbatasan ketika mengalami kesulitan.
Pengusaha yang membangun banyak asrama dan pesantren untuk anak-anak pekerja migran dan yatim piatu itu tak pernah menolak ketika dimintai bantuan.
Bahkan, Haji Momo akan terjung langsung untuk membantu demi kemaslahatan orang banyak.
Baca juga: Ada Belatung di Lauk Makan Siang Pasien Covid-19 di Indragiri Hilir, Ini Tanggapan Dinkes
Haji Momo juga menjadi orang pertama atau inisiator menggerakkan relawan Covid-19 di perbatasan Indonesia-Malaysia.
Saat alat pelindung diri (APD) langka, Haji Momo membeli bahan untuk pembuatan APD dan menjahitnya. APD itu lalu dibagikan kepad tenaga medis.
Ia juga menyediakan bangunan sebagai posko penanganan dan gedung karantina kesehatan. Ia bahkan pernah memesan mesin PCR karena khawatir hasil tes swab harus dikirim ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya.
Sayangnya pembelian tersebut terbentur regulasi dan perizinan pemerintah sehingga mesin yang sudah ia pesan dari Australia akhirnya dibatalkan.
"Pengusaha Sebatik khususnya Haji Momo, memang pribadi paling diandalkan dalam banyak hal. Kepedulian terhadap sosial dan kesehatan seperti saat pandemi tidak diragukan. Beliau selalu terdepan kalau urusan membantu masyarakat," kata Wahyuddin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.