MANADO, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat delapan kali gempa susulan terjadi setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang Sulawesi Utara pada Sabtu (10/7/2021) pukul 08.43 Wita.
Pusat gempa berada di laut sekitar 112 kilometer arah Barat Daya Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.
"Hasil monitoring BMKG hingga pukul 09.45 Wita menunjukkan adanya delapan aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitude terbesar M 5,8 dan terkecil M 3,5," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Manado Edward Henry Mengko, lewat pesan singkat saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu pagi.
Edwarga menambahkan, belum ada laporan kerusakan akibat gempa itu hingga saat ini.
"Laporan sementara dari BPBD Talaud dan BPBD Sangihe, tidak ada dampak signifikan dari gempa bumi. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," ujar Edward.
Baca juga: Ada Belatung di Lauk Makan Siang Pasien Covid-19 di Indragiri Hilir, Ini Tanggapan Dinkes
Menurutnya, gempa susulan yang terjadi berjenis dangkal akibat adanya deformasi atau penyesaran pada Lempeng Laut Maluku.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme pergerakan sesar naik (thrust fault)," sebutnya.
Guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Sangihe III-IV MMI, Tomohon, Bitung, Boltim II MMI.
Edward mengimbau warga tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali kedalam rumah," imbaunya.