MATARAM, KOMPAS.com - Ketersediaan oksigen dalam tabung ataupun oksigen cair di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dinilai aman dan tidak ada masalah.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Hamzi Fikri mengatakan, ketersediaan oksigen saat ini mencapai 220 ton per bulan.
"Dari 220 ton itu hanya 80 ton yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit kita di NTB. Jadi masih ada sisa yang bisa digunakan untuk antisipasi, jika ada lonjakan kebutuhan," kata Fikri saat dikonfirmasi, Kamis (8/7/2021).
Baca juga: Kapan Saturasi Oksigen Dianggap Berbahaya dan Harus ke Rumah Sakit?
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) Dikes NTB Badarudin menjelaskan, berdasarkan data yang dikirim, jumlah oksigen di sejumlah rumah sakit di wilayah NTB masih tergolong aman.
Masyarakat diminta tidak perlu khawatir.
"Sejak Lebaran kemarin, Dinkes Provinsi sudah mengeluarkan surat edaran untuk menyiapkan segala kebutuhan penanganan Covid-19, termasuk oksigen. Jadi ketersediaan kita masih aman," kata Badarudin.
Baca juga: Isoman, Berapa Batas Aman Saturasi Oksigen dan Kapan Butuh Bantuan Medis?
Secara rinci, dari 9 rumah sakit di wilayah Kota Mataram, tercatat 3 rumah sakit yang oksigennya mengunakan saluran atau mengunakan oksigen cair.
Sementara sisanya mengunakan oksigen tabung.
Saat ini, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB tersedia 40 saluran oksigen.
Kemudian, RSUD Kota Mataram 16 saluran; Rumah Sakit Siloam 2 saluran; Rumah Sakit Harapan Keluarga 1 saluran; Rumah Sakit Mutiara Sukma 10 tabung oksigen; dan Rumah Sakit Universitas Mataram (Unram) 30 tabung.
Berikutnya, Rumah Sakit Bayangkara dan Wira Bhakti masing-masing tersedia 25 tabung oksigen.
"Itu yang tersentral merupakan oksigen cair yang berada di tabung besar, diolah oleh sistem dan masuk ke setiap bangsal. Tapi kalau jumlah detail isi saluran oksigen di masing-masing rumah sakit, datanya ada di RS. Kita mendapatkan data berdasarkan RS online yang terhubung dengan pusat dan mengontrol ketersediaan sarana kesehatan di seluruh Indonesia," kata Badarudin.