SALATIGA, KOMPAS.com - Sejak pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, pola belanja masyarakat menjadi berubah.
Mereka banyak mengandalkan belanja online, termasuk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan jasa ojek online.
Omzet driver ojek online pun mengalami peningkatan.
Tak terkecuali Antonius Yuli Nugroho (40), warga Jalan Baru Bancaan Tengah, Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
Baca juga: 6 Pasien Isoman Covid-19 di Tegal Meninggal dalam Sepekan, Awalnya Gejala Ringan
Driver yang bergabung dalam paguyuban jasa ojek online Salatiga (Joss) ini setiap hari kebanjiran 25 order.
Uniknya, hampir semua order yang diterimanya berasal dari pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman).
Setiap harinya, dia membawa tas ransel kapasitas 80 liter dan mengendarai sepeda motor Honda Win berkeliling Salatiga mengantar pesanan para pelanggan.
Yuli mengatakan, Joos yang berbentuk paguyuban, berbeda dengan ojek online lainnya.
"Karena di sini tidak ada owner dan admin. Juga tidak menggunakan aplikasi, sehingga komunikasi langsung menggunakan WhatsApp. Saat ini ada 14 driver Joos yang ada di seluruh Salatiga. Tarifnya menggunakan skema ongkos kirim sesuai jarak," paparnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (7/7/2021).
Baca juga: Anggaran 11 Proyek Strategis Jabar Senilai Rp 140 M Digeser untuk Bantu Pasien Isoman
Ongkos kirimnya dengan jarak 1-2 kilometer Rp 4.000-Rp 5.000, 3-4 kilometer Rp 7.000-Rp 8.000, hingga 7-8 kilometer Rp 14.000-Rp 16.000.
"Kalau luar kota tarifnya Rp 2.000 per kilometer. Kita mengukur jarak dari lokasi ambil pesanan ditarik hingga lokasi kirim. Nanti kelihatan saat di-sharelock," jelas Yuli.
Selain itu, driver Joos tidak 'ngetem' di pinggir jalan.
"Karena kami menggunakan WA, jadi order bisa dilakukan langsung untuk pengantaran. Ini juga sekaligus mematuhi imbauan pemerintah untuk tidak berkerumun dan luangkan banyak waktu di rumah. Kami keluar saat ada order," ungkapnya.
Menurut Yuli, dirinya menjadi driver ojek spesialis pasien isoman secara tak sengaja. Pada Februari 2021, tetangganya ada yang sakit dan dirawat di rumah sakit.
Dia lalu mencari donor plasma konvalesen hingga ke Solo.