KOMPAS.com - Sejumlah pelaku usaha pariwisata meminta pemerintah mengucurkan bantuan secepatnya, menyusul pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang disebut berdampak masif pada sektor turisme.
Di Bali, provinsi yang hampir setengah dari warganya bergantung pada sektor pariwisata, hotel-hotel diprediksi sulit bertahan karena telah digempur pandemi selama sekitar satu setengah tahun.
Pada satu sisi, pemerintah berjanji akan segera menggelontorkan bantuan pada para pelaku usaha pariwisata.
Namun, di sisi lain, ahli virologi mengimbau agar kebijakan PPKM darurat juga diikuti pengawasan yang baik untuk mengurangi jumlah kasus Covid, karena hal itu dipandang akan membuat sektor pariwisata relatif aman.
Baca juga: PPKM Mikro Luar Jawa-Bali, Pemerintah Batasi Makan-Minum di Restoran hingga Pukul 17.00
Hanya terlihat sekitar tiga toko yang buka. Salahnya satunya toko pernak-pernik milik Rohana (53) yang kosong tanpa seorang pun pengunjung.
Rohana mengatakan sejak awal pandemi, mendapatkan seorang pengunjung saja sangat sulit.
"Kadang-kadang kosong enam hari. Nggak ada apa-apa... Aduh, bagaimana deh," ujar Rohana.
Baca juga: Daftar 43 Kabupaten/Kota yang Terapkan PPKM Mikro di Luar Pulau Jawa-Bali
Meski tak dikunjungi wisatawan, ia tetap membuka tokonya, yang sebelum pandemi bisa memberinya pemasukan sekitar Rp 3 juta per hari, karena kontrak toko yang masih berjalan.
"Saya dulu bayar Rp 1 miliar untuk 10 tahun. Baru jalan tiga tahun, lalu Covid sampai sekarang," ujar Rohana.
Ia kini hanya hidup dari tabungan.
Keluarganya di Madura pun kerap menyumbangkan beras kepadanya agar ia bisa bertahan hidup.
Rohana adalah satu dari sekitar dua juta, atau sekitar setengah dari seluruh warga di Bali, yang menggantungkan nasib pada pariwisata.
Baca juga: Aturan dan Daftar 43 Daerah di Luar Jawa-Bali yang Diperketat Seiring Perpanjangan PPKM Mikro
Di Bali, jumlah kasus Covid mencapai di atas 300 per hari, padahal sebelumnya jumlah kasus ada di kisaran 100 kasus.