Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Masa Lalu Kuli Perkebunan di Bawah Kubah Lonceng di Kesawan Medan

Kompas.com - 05/07/2021, 07:07 WIB
Rachmawati

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Gedung berkubah hijau art-nouveau berangka "1918" dan "1919" berada di persimpangan Jalan Kesawan, Medan memiliki sejarah kelam para kuli perkebunan.

Gedung tersebut adalah gedung AVROS (Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra) atau Asosiasi Pemilik Perkebunan Karet di Pantai Timur Sumatera yang dibangun pada 1918-1919.

DIkutip dari nationalgeographic.grid.id, arsitek gedung ini adalah G.H. Mulder.

Baca juga: Kesawan City Walk Ditutup Sementara, Begini Penjelasannya

Pada abad 19, takdir pantai timur di Sumatera berubah sejak pembukaan lahan perkebunan baru. Kota Medan pun mulai bersolek.

Para pemilik modal bertaruh. Berbagai kantor perkebunan, bank, hotel, dan sarana rekreasi pun menjamur di kota itu. Permintaan tenaga kasar perkebunan pun meningkat yang mengakibatkan mobilisasi besar-besaran penduduk dari Jawa ke Sumatra.

Perusahaan perkebunan merekrut tenaga kerja dari Jawa dan China.

Mengapa Jawa dan China? Karena pasokan tenaga kerja setempat sangat terbatas, sementara orang-orang Melayu asli tidak begitu tertarik bekerja di perkebunan.

Baca juga: Kelola Kawasan Kesawan, Pemkot Medan Gandeng BPK2L Semarang

Mesin jam dan lonceng menara itu buatan pabrik sohor Bonaventura Eijsbouts di Kota Asten, Belanda, dan baru dipasang pada 1920.Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia Mesin jam dan lonceng menara itu buatan pabrik sohor Bonaventura Eijsbouts di Kota Asten, Belanda, dan baru dipasang pada 1920.
Gaya arsitektur gedung AVROS dipengaruhi oleh rasionalisme yang bangkit pada awal abad ke-20. Bangunan empat lantai dalam konstruksi beton ini juga memiliki dekorasi sederhana dalam gaya art-nouveau.

Secara organisasi, AVROS sejatinya telah berdiri pada 1910. Asosiasi ini menetapkan sendiri penelitian yang terkait dengan tanaman pertanian dan industri.

Anggotanya tak hanya pemilik perkebunan asal Belanda, tetapi juga Inggris, Jerman, Perancis, Belgia, dan Amerika Serikat.

Sejak 1967 gedung AVROS berganti nama menjadi BKS-PPS (Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan Sumatera).

Baca juga: Percepat Penataan Kota Lama Kesawan, Wali Kota Bobby Bentuk BPKWKLK

Di dalam kubah itu masih bekerja dengan setia mesin jam lonceng bermerk Nederlandschefabriek Torenuurwerken B. Eijsbouts – Asten.

Lonceng menara itu buatan pabrik tersohor Bonaventura Eijsbouts di Kota Asten, Belanda, dan baru dipasang pada 1920.

Bonaventura Eijsbouts adalah pembuat jam tangan. Namun sejak 1872, dia memulai pabrik pembuatan jam menara bengkel sederhana di belakang rumahnya.

Berkat kualitas yang baik dan ketepatan jamnya, banyak pengelola gedung yang memesan kepadanya. Eijsbouts pun menjadi penanda Kota Asten dengan museum loncengnya.

Baca juga: Wali Kota Medan Bobby Nasution Pantau Penerapan Prokes di Kesawan City Walk

Ratusan ribu berkas sidik jari kuli kontrak

Berkas-berkas sidik jari kuli kontrak perkebunan karet zaman Hindia Belanda di bawah asosiasi AVROS Medan.Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia Berkas-berkas sidik jari kuli kontrak perkebunan karet zaman Hindia Belanda di bawah asosiasi AVROS Medan.
Di sebuah sudut gedung kantor AVROS, terdapat ruang arsip daktiloskopi dengan ratusan laci-laci kecil berisi ratusan ribu berkas sidik jari kuli kontrak.

Dalam ruangan sumpek diapit deretan rak tua dan diterangi cahaya temaram itu terdapat salah satu laci yang menyimpan satu lembar berkas tua.

Kertas yang sudah melapuk itu berkop “Dactyloscopisch Bureau der DPV en AVROS” tertanggal 7 November 1948.

Berkas tersebut berisi data diri dan sidik jari-jari tangan kanan dan kiri milik Martodikromo alias Jakir. Dia merupakan kuli salah satu perkebunan karet di Medan.

Baca juga: Kerumunan di Kesawan City Walk Bikin Gubernur Sumut Berencana Panggil Wali Kota Bobby, Ini Penjelasan Pemkot Medan

Sidik jari para kuli perkebunan diperlukan dalam kontrak lantaran mereka buta huruf.

Sidik jari menjadi “jaminan” supaya para kuli tidak mudah berpindah ke perkebunan lain lantaran upah yang menarik.

Juga menghindari perusahaan perkebunan yang mencoba mencari kuli dari perkebunan lain.

Apabila para kuli terbukti melarikan diri dan berpindah ke perusahaan perkebunan lain, mereka akan mendapat siksa di luar batas kemanusiaan.

Baca juga: Momen Ridwan Kamil Bertemu Bobby Nasution di Masjid Medan, Diajak Keliling Kesawan City Walk hingga Ditraktir Makan

Pada awal abad ke-20, tak jarang kuli disekap tanpa makan minum, dicambuk, sampai diseret kuda dengan tangan terikat.

Banyak juga yang disiksa dan dipukuli dengan daun jelatang lalu disiram air sehingga seluruh tubuh membengkak, hingga ditusuk bagian bawah kukunya dengan pecahan bambu.

Tak hanya kuli pria, kuli perempuan juga mendapat hukuman yang tak terperi.

Sementara itu Hasril Hasan Siregar, Ketua Harian Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKSPPS) menjelaskan ada ribuan sidik jari dari pekerja yang disimpan sebagai bagian dari sejarah perkebunan yanga di Sumatera.

Namun sebagian sidik jari para kuli perkebunan sudah didigitalisasi.

Baca juga: Mengenal 3 Bangunan Tua yang Disinggahi Sandiaga Uno dan Bobby di Kesawan City Walk

Peralatan yang digunakan ahli daktiloskopi untuk bekerja memeriksa sidik jari kuli-kuli perkebunan di pantai timur SumatrMahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia Peralatan yang digunakan ahli daktiloskopi untuk bekerja memeriksa sidik jari kuli-kuli perkebunan di pantai timur Sumatr
Ia menjelaskan sidik jari tersebut  di masala lalu digunakan untuk mendata identitas buruh yang bekerja di perusahaan pekebunan di wilayah Sumatera bagian timur yang saat ini masuk wilayah Sumatera Utara dan Aceh.

"Identitas dari pekerja buruh di masa lalu. Dulu kan belum bisa tulis baca, identitasnya ya itu lah gunakan sidik jari. Semacam KTP," kata Hasril saat dihubung Kompas.com, Senin (5/7/202).

Selain itu ia menyebut sidik jari itu juga untuk keamanan perusahaan dan juga para kuli yang bekerja.

"Jadi dengan identitas sidik jari tidak mudah dipindah-pindahkan antar perusahaan. Jika ada kuli yang pindah harus koordinasi di AVROS. Itu dulu di awal abad 20 ," kata Hasril.

Baca juga: Kesawan dan Kenangan Indah Kota Medan di Masa Lalu

Jika ada kuli yang melarikan diri, menurut Hasril, maka harus  melalui koordinasi dengan AVROS. Nantinya kuli yang bersangkutan akan dikembalikan ke perusahaan awal.

Kala itu, menurut Hasril ada 10 sampai 20 perusahaan yang bergabung di AVROS. Mayoritas perusahaan berasal dari Belgia dan Belanda.

"Kuli yang datang harus lewat koordinasi AVROS," jelas dia.

Namun Hasril mengatakan jika itu adalah cerita masa lalu. Saat ini di wilayah Sumatera, ada 109 perusahaan perkebunan dan sebagian kecil adalah perkebunan yang sudah ada sejak awal abad 20.

"Sekarang sudah enggak ada lagi sistem seperti itu. Sekarang kan mottonya perusahaan sehat, karyawan sejahtera. Jadi kami sudah menjalankan sesuai dengan aturan yang ada," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Regional
Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com