Bermodal data penyintas Covid-19 yang pernah dirawat di rumah sakitnya, Sriyanto menghubungi satu per satu untuk menyumbangkan plasma konvalesen bagi pasien Covid-19.
Bagi yang mau, Sriyanto memastikan penyintas akan diantar jemput oleh keluarga pasien yang membutuhkan.
“Saya sumber utamanya dari kepala puskesmas dan rumah sakit sendiri. Sebenarnya paling baik didatangi rumahnya masing-masing. Hanya saja rumahnya jauh-jauh dan di wilayah pegunungan,” ungkap Sriyanto.
Untuk membujuk penyintas Covid-19 mau mendonasikan plasmanya, kata Sriyanto, lebih efektif mendatangi tempat tinggal penyintas Covid-19 lalu diambil sampel darahnya.
Pasalnya, kalau hanya melalui sambungan telepon biasanya penyintas Covid-19 beralasan sibuk pekerjaan.
Bagi Sriyanto, sebenarnya pemerintah di tingkat dareah memiliki peran strategis untuk membujuk dan mendatangi penyintas Covid-19 agar mau mendonasikan plasma konvalesennya.
Tak hanya itu, penyintas Covid-19 akan mendapatkan uang dari keluarga pasien hingga mendapatkan makan yang enak.
“Ya harus seperti itu karena para donor plasma itu pahlawan bagi pasien Covid-19,” kata Sriyanto.
Sebelum dibawa ke PMI, para penyintas yang mau memberikan plasmanya harus memenuhi berbagai syarat, di antaranya umur dan kondisi kesehatan penyintas.
Bagi penyintas yang memenuhi syarat, diambil darahnya untuk dicek golongan darah dan kadar antibodinya.
Kalau kadar antibodinya tinggi, maka dapat diambil plasmanya di PMI Solo.
Sebab, PMI di Kabupaten Wonogiri belum dapat mengambil plasma konvalesen karena belum memiliki peralatan.
“Maksimal diambil tiga kali setiap tiap minggu. Kalau yang sudah mendaptkan donor plasma tidak boleh donor,” kata Sriyanto.
Selama menjadi relawan, Sriyanto sudah berhasil mencarikan 17 orang mendapatkan pendonor plasma.
Dari jumlah itu 80 persen warga Kabupaten Wonogiri dan sisanya 20 persen dari luar daerah.