Akibatnya, Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit tinggi hingga tidak semua pasien Covid-19 bisa langsung mendapatkan pelayanan di rumah sakit rujukan.
“Kami mohon maaf sebesar-besarnya karena banyak keluarga bapak/ibu tidak bisa tertolong di rumah sakit. Ketika datang, saturasi oksigen menurun, bahkan di bawah 50, ada yang 30, sehingga banyak kematian terjadi di IGD, kami mohon maaf karena ketersediaan tempat pelayanan dan alat terbatas,” katanya.
Dengan diitetapkannya RSUD dr Slamet Garut menjadi rumah sakit khusus bagi pasien Covid-19, maka menurut Rudy kapasitas ruang perawatan bagi pasien Covid-19 bisa bertambah hingga 500 ranjang dari sebelumnya hanya 250 ranjang.
Rudy pun memastikan, obat-obatan untuk pasien Covid-19 tersedia, pemerintah daerah pun telah berkonsultasi dengan Gubernur Jawa Barat untuk mendapatkan bantuan ventilator agar pasien Covid-19 dengan saturasi oksigen rendah bisa segera ditangani.
Humas Satgas Covid-19 Kabupaten Garut, Yeni Yunita menambahkan, selain RSUD dr Slamet Garut, ada tiga RS lain di Garut yang juga menjadi rujukan bagi pasien Covid-19.
Dengan begitu, di Garut kini ada empat RS yang jadi tempat perawatan pasien Covid-19.
“Ada empat, yaitu RSUD dr Slamet, RSUD Pamengpeuk, RSU Guntur dan RS Medina, tapi hanya RSUD dr Slamet yang hanya menangani pasien Covid-19,” jelas Yeni saat dihubungi melalui aplikasi pesan, Kamis (1/7/2021) sore.
Meski RSUD dr Slamet Garut tidak melayani pasien non Covid-19, maka menurut Yeni, pasien non Covid-19 dapat berobat atau rawat inap di rumah sakit lain.
Ada pun RS tersebut yang jadi rujukan di antaranya RS Nurhayati, RS Annisa Queen hingga RS Intan Husada.
“Bisa ke RSUD dr Slamet Garut, tapi hanya pasien Haemodialisa dan Thalasemia saja,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.