KOMPAS.com - Kapal Motor Penumpang (KMP) Yunicee tenggelam di Selat Bali tepatnya di perairan Gilimanuk pada Selasa (29/6/2021) malam.
Hingga Rabu (30/6/2021), ada 7 penumpang yang ditemukan meninggal dunia. Sementara belasan penumpang masih belum ditemukan.
Babfkai KMP Yunicee ditemmukan tenggelam di dasar Selat Bali dengan kedalaman 78 meter. Kapal ini terseret arus hingga 1,6 kilometer dari pelabuhan ASDP Gilimanuk, Jembrana, Bali.
Baca juga: BERITA FOTO: Pencarian Korban Tragedi KMP Yunicee di Selat Bali
Selain Yunicee, ada beberapa kali kecelakaan laut di Selat Bali. Pada tahun 2012 tercatat KRI Klewang-625 terbakar di Selat Bali sesaat setelah diluncurkan pada 31 Agustus 2012.
Kapal tersebut dipesan TNI AL dari PT Lundin Industry Invest, Banyuwangi senilai Rp 114 miliar.
Kecelakan lainnya adalah tenggelamnya KMP Rafelia 2 di Selat Bali pada Jumat (4/3/2016). Kapal tersebut tenggelam karena kelebihan muatan. Rafelia 2 diketahui mengangkut 33 kendaraan dan 70 penumpang.
Termasuk 16 dumtruck yang sebagian besar membawa limbah bahan berbahaya beracun dari Bali ke Jawa Timur.
Baca juga: Legenda Asal-usul Selat Bali, dari Perjanjian Sidi Mantra dan Naga Basuki
Dan berikut 5 kasus kecelakaan laut di Selat Bali:
Kapal tersebut dipesan TNI AL dari PT Lundin Industry Invest Banyuwangi seharga Rp 114 miliar.
Kala itu, pembuatan kapal siluman trimaran itu menjadikan Indonesia sebagai negara kedua -setelah Amerika Serika- yang memiliki kapal canggih jenis tersebut.
Sayangnya, KRI Klewang 625 alami kecelakaan dan terbakar akibat korsleting arus pendek lalu tenggelam di Selat Bali.
KRI Klewang 625 memiliki panjang 60 meter dan bobot 200 ton. Kapal ini bisa membawa 29 orang, termasuk pasukan khusus dan sebuah RHIB X2K 11 meter yang memiliki kecepatan 50 knot.
Salah satu kelebihan yang paling menonjol dari Klewang 625 memiliki teknologi Stealth yang tidak bisa dilacak oleh radar.
Baca juga: Menanti Klewang 2, Kapal Perang Siluman Laut Buatan Banyuwangi