KOMPAS.com- Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono berharap, pemerintah pusat turun untuk memperketat proses screening klaim.
Pasalnya, dia mengaku sudah menerima laporan adanya hasil tes PCR yang berbeda antara rumah sakit dengan salah satu laboratorium.
"Karena saya sendiri sudah banyak laporan, ada seseorang dia di tes swab di rumah sakit A positif, di laboratorium yang betul-betul profesional malah negatif. Jamnya sama, hanya selisih 10 menit, pada waktu melakukan swab, yang satu negatif yang satu positif. Kalau bisa pemerintah pusat menurunkan Litbang yang betul-betul independen," ujar Bupati Banjarnegara, yang dikonfirmasi Selasa (29/6/2021).
Baca juga: Bupati Banjarnegara Masih Izinkan Gelar Hajatan, Ganjar: Sudah Saya Sampaikan Tidak Boleh
Sebuah cuplikan video Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono kembali menjadi sorotan publik.
Kali ini, bupati yang akrab disapa Wing Chin menuding ada permainan klaim biaya perawatan pasien Covid-19 oleh pihak rumah sakit.
Pasalnya, biaya perawatan pasien Covid-19 dapat diklaim oleh rumah sakit dengan nilai yang fantastis.
Menurut Wing Chin, modus rumah sakit nakal tersebut dimulai dari perbedaan hasil pemeriksaan PCR dengan laboratorium.
"Enggak tahu loh kalau ini dikondisikan, enggak ngerti kalau punya kepentingan dikondisikan. Karena sekarang lumayan sih, kalau karantina di rumah sakit kan lumayan klaimnya. Aku juga udah ngerti," ujar Wing Chin dalam video berdurasi 3 menit 8 detik itu.
Baca juga: Bupati Banjarnegara Tuding Kasus Covid-19 Naik karena RS Kejar Klaim Biaya Perawatan Pasien
Saat dimintai konfirmasi perihal video tersebut, Wing Chin membenarkan jika dalam video yang viral itu ada dirinya.
Video diambil sekitar sepekan yang lalu di Rumah Dinas Bupati.
"Iya video itu saya yang bicara," kata Wing Chin.
Wing Chin mengatakan, rumah sakit di wilayahnya banyak yang berebut pasien Covid-19. Mengingat klaim perawatan pasien Covid-19 minimal Rp 6,25 juta hingga Rp 10 juta per hari.
"Jadi klaim rumah sakit ini di Kabupaten Banjarnegara ini kalau saya pantau agak berebut pasien Covid-19. Karena standar agak lumayan juga. Yang saya ketahui sampai saat ini laporan dari dinas saya itu untuk biaya tiap hari Rp 6.250.000 minimal, maksimal sampai Rp 10 juta per hari," terangnya.
"Setelah saya tanyakan ke dinas terkait, kalau orang itu butuh waktu sampai 6 bulan opname-nya bagaimana. Klaim ini hanya dikasih batas waktu 2 minggu maksimal," sambungnya.
Iming-iming klaim inilah, yang membuat banyak rumah sakit berlomba jemput bola mencari pasien Covid-19.