Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Danau Buyan dan Tamblingan di Bali Alami Penyurutan Air, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 29/06/2021, 15:57 WIB
Ach Fawaidi,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BULELENG, KOMPAS.com - Dua danau kembar yakni Danau Buyan di Desa Pancasari dan Danau Tamblingan di Desa Munduk Kabupaten Buleleng disebut-sebut sedang mengalami penyurutan air yang signifikan.

Penyurutan air di dua danau yang selama ini menjadi destinasi favorit untuk camping di Bali itu ditengarai disebabkan adanya kerusakan hutan di sekitar danau.

"Salah satu faktornya hutan itu, sekarang hutan sudah rusak," kata Ketua Bendega Adat Dalem Tamblingan, Kadek Andi Ristawan saat dihubungi, Selasa (29/6/2021).

Baca juga: Bawa AC hingga Penanak Nasi dari Rumah Dinas, Mantan Bupati Keerom Jadi Tersangka Penggelapan

Andi menyebut, kerusakan itu terjadi di hutan di Catur Desa Dalem Tamblingan.

Hutan di Catur Desa itu meliputi Desa Munduk, Desa Gobleg, Desa Gesing yang berada di Kecamatan Banjar, dan Desa Umejero di Kecamatan Busungbiu.

Rusaknya hutan yang tersebar di kawasan itu, telah membuat air di Danau Buyan dan Danau Tamblingan surut sekitar 100 meter dari daratan.

Sedangkan ketinggian air juga berkurang empat meter.

"Kalau air surut itu biasanya kembali saat musim hujan. Tapi sekarang meski musim hujan, airnya itu tetap surut. Bahkan kalau musim kemarau, cepat surutnya, bisa satu meter satu minggu," kata dia.

Baca juga: Belum Selesai Memakamkan Jenazah Kedua, Sudah Ada Antrean 3 Jenazah

Ilustrasi laut, samudra, lautan Ilustrasi laut, samudra, lautan
Menurut Andi, berkurangnya air terus terjadi setiap tahun. Pada tahun 2011 misalnya, kedalaman air Danau Tamblingan diukur mencapai 72 meter.

Sedangkan tahun 2021 kedalaman airnya hanya 38 meter.

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, I Gede Melanderat mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan dari masyarakat terkait penyurutan air Danau Buyan dan Danau Tamblingan.

Pihaknya saat ini tengah melakukan monitoring terkait penyebab kenapa air di dua danau itu menurun.

Baca juga: Cerita Nelayan Sulawesi, Terombang-ambing di Laut hingga Ditemukan di Bali, Buat Layar dari Sarung dan Minum Air Hujan

Hasil monitoring itu, nantinya akan langsung disampaikan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang memiliki ranah dan kewenangan soal itu.

"Tapi secara umum kami selalu stakeholder yang membidangi tugas dan fungsi kondisi lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Buleleng sudah mulai monitoring dan evaluasi terhadap apa yang terjadi," tuturnya.

Melanderat menyebutkan, hasil monitoring sementara menunjukkan penyurutan air salah satunya karena adanya kemarau yang berkepanjangan pada tahun 2020 lalu.

Kemarau itu mempengaruhi stok air di dalam tanaman untuk menyuplai air ke dua danau itu.

Baca juga: Belum Selesai Memakamkan Jenazah Kedua, Sudah Ada Antrean 3 Jenazah

Selain kemarau yang berkepanjangan, terjadinya longsor di sekitar danau juga menjadi salah satu penyebab.

Longsor itu mengakibatkan terjadinya peningkatan endapan di dalam danau sehingga mempengaruhi volume air.

Meski begitu, Melanderat tak memberikan jawaban saat ditanya apakah kerusakan hutan menjadi salah satu penyebab penyurutan air di Danau Buyan dan Danau Tamblingan.

"Kalau bicara soal kerusakan hutan, itu ranah BKSDA," singkatnya.

Ancaman penyurutan air itu akan berdampak signifikan pada daerah yang mengalami ketergantungan air pada dua danau itu.

Jika musim kemarau masih terjadi, salah satu daerah yakni Kabupaten Buleleng, akan mengalami krisis air.

Ia meminta semua pihak bersama-sama untuk lebih bijak dan efisien dalam pemanfaatan air.

"Jadi dimanfaatkan dengan bijak, sehingga di musim kemarau berikutnya kita bisa memanfaatkan untuk pertanian konsumsi dan lainnya," tuturnya.

Baca juga: Imbas Pandemi, Banyak Pekerja Pariwisata Tertangkap Jadi Pengedar Narkoba di Bali

Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Bali, Agus Budi Santosa menegaskan tak ada deforestasi atau penebangan hutan di kawasan sekitar danau Buyan dan Danau Tamblingan.

Berdasarkan data statistik juga tak ditemukan adanya penyurutan air danau.

"Surutnya air danau itu data statistik tidak berbicara seperti itu, terus tentang adanya deforestasi hutan secara masif, itu lagi-lagi data lanskape dan data citra satelit tidak bicara seperti itu," kata dia.

Agus juga menyebut, pihaknya selama ini belum menerima laporan apa pun dari masyarakat.

Padahal, jika memang ditemukan terjadinya penebangan hutan pihaknya siap menindaklanjuti secara serius.

Ia lagi-lagi menegaskan belum ada penebangan hutan dan penyurutan air danau di kawasan tersebut.

"Kalau tidak percaya ya kita cek sama sama," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Sikka, Calon Independen Wajib Kantongi 24.423 Dukungan

Pilkada Sikka, Calon Independen Wajib Kantongi 24.423 Dukungan

Regional
Bentrok 2 Kelompok di Mimika, Dipicu Masalah Keluarga soal Pembayaran Denda

Bentrok 2 Kelompok di Mimika, Dipicu Masalah Keluarga soal Pembayaran Denda

Regional
Faktor Ekonomi, 5 Smelter Timah yang Disita Kejagung akan Dibuka Kembali

Faktor Ekonomi, 5 Smelter Timah yang Disita Kejagung akan Dibuka Kembali

Regional
Soal Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Residivis Pembunuhan, Ada Bekas Luka Bakar

Soal Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Residivis Pembunuhan, Ada Bekas Luka Bakar

Regional
Pencarian Dokter RSUD Praya yang Hilang Saat Memancing di Laut Dihentikan

Pencarian Dokter RSUD Praya yang Hilang Saat Memancing di Laut Dihentikan

Regional
Dampak Banjir Demak, Ancaman Hama dan Produksi Kacang Hijau Bagi Petani

Dampak Banjir Demak, Ancaman Hama dan Produksi Kacang Hijau Bagi Petani

Regional
Direktur Perumda Air Minum Ende Nyatakan Siap Maju Pilkada 2024

Direktur Perumda Air Minum Ende Nyatakan Siap Maju Pilkada 2024

Regional
Awal Mula Temuan Kerangka Wanita di Wonogiri di Pekarangan Rumah Residivis Kasus Pembunuhan

Awal Mula Temuan Kerangka Wanita di Wonogiri di Pekarangan Rumah Residivis Kasus Pembunuhan

Regional
[POPULER REGIONAL] Alasan Kapolda Ancam Copot Kapolsek Medan Kota | Duel Bos Sawit dengan Perampok di Jambi

[POPULER REGIONAL] Alasan Kapolda Ancam Copot Kapolsek Medan Kota | Duel Bos Sawit dengan Perampok di Jambi

Regional
Sindir Pemerintah, Warga 'Panen' Ikan di Jalan Berlubang di Lampung Timur

Sindir Pemerintah, Warga "Panen" Ikan di Jalan Berlubang di Lampung Timur

Regional
Pria Ini Curi Sekotak Susu karena Anaknya Menangis Kelaparan, Dibebaskan dan Diberi 13 Kotak

Pria Ini Curi Sekotak Susu karena Anaknya Menangis Kelaparan, Dibebaskan dan Diberi 13 Kotak

Regional
Saat Dua Bule Eropa Ikut Halalbihalal di Magelang, Awalnya Dikira Pesta Pernikahan

Saat Dua Bule Eropa Ikut Halalbihalal di Magelang, Awalnya Dikira Pesta Pernikahan

Regional
Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Regional
Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com