Menurut Andi, berkurangnya air terus terjadi setiap tahun. Pada tahun 2011 misalnya, kedalaman air Danau Tamblingan diukur mencapai 72 meter.
Sedangkan tahun 2021 kedalaman airnya hanya 38 meter.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, I Gede Melanderat mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan dari masyarakat terkait penyurutan air Danau Buyan dan Danau Tamblingan.
Pihaknya saat ini tengah melakukan monitoring terkait penyebab kenapa air di dua danau itu menurun.
Hasil monitoring itu, nantinya akan langsung disampaikan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang memiliki ranah dan kewenangan soal itu.
"Tapi secara umum kami selalu stakeholder yang membidangi tugas dan fungsi kondisi lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Buleleng sudah mulai monitoring dan evaluasi terhadap apa yang terjadi," tuturnya.
Melanderat menyebutkan, hasil monitoring sementara menunjukkan penyurutan air salah satunya karena adanya kemarau yang berkepanjangan pada tahun 2020 lalu.
Kemarau itu mempengaruhi stok air di dalam tanaman untuk menyuplai air ke dua danau itu.
Baca juga: Belum Selesai Memakamkan Jenazah Kedua, Sudah Ada Antrean 3 Jenazah
Selain kemarau yang berkepanjangan, terjadinya longsor di sekitar danau juga menjadi salah satu penyebab.
Longsor itu mengakibatkan terjadinya peningkatan endapan di dalam danau sehingga mempengaruhi volume air.
Meski begitu, Melanderat tak memberikan jawaban saat ditanya apakah kerusakan hutan menjadi salah satu penyebab penyurutan air di Danau Buyan dan Danau Tamblingan.
"Kalau bicara soal kerusakan hutan, itu ranah BKSDA," singkatnya.