MEDAN, KOMPAS.com - Pasien gagal ginjal kronis yang menggunakan terapi Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Pirngadi Medan mengeluhkan terlambatnya pengiriman cairan dianeal.
Padahal, cairan tersebut krusial untuk menopang hidup penderita gagal ginjal kronis. Cairan itu juga harus diganti empat kali dalam 24 jam, sehingga keterlambatannya dapat mengancam nyawa pasien.
Humas RSU dr. Pirngadi Medan Edison Peranginangin ketika dijumpai di ruangannya mengatakan, sebenarnya masalah tersebut sudah diklarifikasi.
Menurut Edison, pihak rumah sakit sudah melakukan pemberitahuan ke Wali Kota Medan dan BPJS.
Baca juga: Video Pasien Kritis Diduga Diberi Tabung Oksigen Kosong, Ini Klarifikasi RS Pirngadi Medan
Edison menjelaskan, cairan dianeal yang dimaksud pemakaiannya di rumah masing-masing pasien, bukan di rumah sakit.
Artinya, cairan itu secara rutin dikirimkan oleh perusahaan ke rumah masing-masing pasien, bukan pasien yang datang ke rumah sakit.
Edison selaku pihak rumah sakit sendiri dia tidak tahu persis bagaimana teknis pengiriman cairan dianeal itu ke rumah masing-masing pasien. Apakah setiap hari atau sebulan sekali.
"Saat itu, setelah dikonfirmasi rupanya sopir dari perusahaan itu yang kerjasama sama kita, sedang sakit. Jadi pihak RS sudah sampaikan ke keluarga pasien untuk ambil di perusahaan itu. Tolong diambil ke perusahaan karena supirnya sakit. Karena tak mau ambil ya gimana," kata Edison.
Baca juga: Kasus Dugaan Tabung Oksigen Kosong, Ombudsman Datangi RS Pirngadi Medan
Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Iindonesia (KPCDI) Tony Richard Samosir ketika dikonfirmasi melalui telepon menyatakan, ada sekitar 20 orang pasien gagal ginjal di rumah sakit tersebut.
Di antara pasien itu, ada satu orang pasien yang berani bersuara, namanya Leston Sinaga. Leston, juga merupakan pengurus di KPCDI.
Sebagaimana tertulis di dalam keterangan tertulis KPCDI, keterlambatan cairan itu sudah terjadi ejak enam bulan yang lalu.
Baca juga: Suami Tenaga Medis Ini Alami Gagal Ginjal Kronis, Begini Perjuangannya Bertahan Hidup
KPCDI sudah mendapat laporan bahwa sebagian pasien kurang berani bersuara. Sedangkan KPCDI mengajak agar pasien berani untuk bersuara, mengkritisi kebijakan tersebut karena itu mengancam keselamatan.
"Itu hidup mereka, kalau cairan itu terlambat sementara itu yang menopang hidup mereka. Potensi kematian itu besar. Namanya udah gagal ginjal, tak ada lagi, mereka butuh makan minum. Mereka sudah tak bisa pipis. Jadi kalau tak ada cairan itu, ya cairan itu lah yang membuat mereka bisa kencing. Dikeluarkan lewat perut," katanya, Selasa (29/6/2021)
Akibat keterlambatan cairan itu, pasien terpaksa mengurangi jadwal cuci darahnya. Tony berharap agar secepatnya masalah tersebut diselesaikan.
"Kita sudah menyurati Wali Kota bahwa apapun persoalannya terkait masalah keruangan atau lainnya itu diselesaikan dengan secara bijaksana, jangan mengorbankan pasien. Obat harus berjalan, itu kan komitemen perlayanan kesehatan," kata Tony.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.