SURABAYA, KOMPAS.com – Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda Surabaya Teguh Tri Susanto mengatakan, cuaca berpotensi hujan disertai angin dan petir selama tiga hari.
“Peringatan dini tiga harian yang diprediksi akan terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang,” kata Teguh saat dihubungi Kompas.com, Senin (28/6/2021).
Hal itu diprediksi akan terjadi pada 16 daerah yaitu Nganjuk, Ngawi, Probolinggo, Lumajang, Pacitan, Terenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Kota Malang, Batu, Pasuruan, Kabupaten Malang, Ponorogo, dan Sumenep.
Pada hari ini, Teguh mengatakan, hujan terjadi di Kabupaten Nganjuk, Ngawi, Kabupaten Probolinggo, dan Lumajang, pada siang hingga sore hari.
"Sedangkan untuk malam hari yaitu Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Kota Malang, Batu, Pasuruan dan Probolinggo,” kata dia.
Pada Selasa (29/6/2021), wilayah Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan Lumajang diprediksi diguyur hujan pada pagi hari.
Baca juga: Kebijakan Baru Berkunjung ke Bali, Tes GeNose Kini Tak Berlaku Lagi
Sementara Nganjuk, Ponorogo, Kabupaten Malang, Batu Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang pada siang hingga sore.
Sedangkan pada Rabu (30/6/2021), hujan berpotensi terjadi pada siang hingga sore hari di Nganjuk, Ponorogo, Kabupaten Malang, Batu, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang. Lalu, malam hari di Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, dan Sumenep.
Teguh menjelaskan, alasan 16 daerah itu diguyur hujan meski telah memasuki kemarau sejak 3 April 2021. Hal itu dipicu berasosiasinya beberapa fenomena dinamika atmosfer-laut yang cukup signifikan.
Teguh menyebut, pengaruh lain yang menyebabkan hujan pada kemarau yakni menghangatnya suhu permukaan laut lokal di selatan Jawa. Sehingga, berkontribusi pada peningkatan uap air di atmosfer.
Baca juga: Hujan Salah Musim, Puisi Sapardi, dan Krisis Iklim
"Lalu siklus gelombang Madden Julian Oscillation (MJO) fase basah dan gelombang ekuatorial Rossby menunjukkan adanya aliran massa udara pemicu hujan di wilayah kita ini," sebut Teguh
Selain itu, ditambah dengan situasi menghangatnya suhu muka laut di perairan barat Sumatera.
“Ini pememicu munculnya pusat tekanan rendah di perairan dekat Sumatera-Jawa, berakibat terjadi pemusatan aktivitas awan konvektif,” kata dia
Degan situasi itu, Teguh memprediksi fenomena hujan itu berakhir pada awal Juli 2021.
Baca juga: 2 Hari Isolasi Mandiri karena Positif Covid-19, Bupati Ponorogo dan Istri Dirujuk ke Surabaya
"Seiring meluruhnya MJO dan Gelombang Rossby diprakirakan awal Juli 2021 akan kembali kering, informasi ini akan kami update jika anomali musim kemarau akan berpotensi terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang," lanjut Teguh.
Teguh juga mengingatkan masyarakat Jawa Timur agar mewaspadai kondisi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang pada siang hingga sore hari.
“Tetap waspada pada kondisi iklim seperti ini, jika terjadi hal yang tidak di inginkan segera melapor pada pemerintah setempat, kami akan update terus info peringatan dini ini, “ jelas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.