Dari kediamannya di wilayah Kedundong Mudo, bagian tengah kawasan hutan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), Pengidas berjalan kaki selama 3 jam ke kantor desa.
Kemudian pergi ke Kota Sarolangun menggunakan sepeda motor selama 4-5 jam.
Namun, ketika sudah sampai, pihak bank menolak karena Pengidas masih menjalankan tradisi melangun atau hidup berpindah-pindah saat ada kematian.
Tidak ada rumah Pengidas yang tetap membuat pihak bank tidak memproses pengajuan kreditnya.
“Kami ini memang pindah-pindah, tapi kalau lagi melangun saja. Berpindah pun sekarang hanya berputar-putar di kawasan TNBD inilah, karena hutan sudah habis,” kata anak tertua dari tiga bersaudara ini.
Pengidas berharap pihak bank dapat membantu memulihkan ekonomi orang rimba yang terpukul karena pandemi.
Banyak orang rimba sekarang memilih membuat kerajinan tangan karena sudah mulai sulit mencari babi di dalam hutan.
Harga babi di pasar pun terus mengalami penurunan.
Selama pandemi, pemerintah memang telah mengucurkan bantuan sosial tunai dari Kementerian Sosial.
KKI Warsi juga mengedukasi orang rimba untuk membuat kerajinan tangan dan memasarkan produk industri rumahan kepada masyarakat yang lebih luas.
Namun, mereka membutuhkan modal untuk meningkatkan produksi.
Penulis: Kontributor Jambi, Suwandi | Editor: David Oliver Purba
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.