Keterbatasan alat dan personel
Keterbatasan personel dan alat pendukung, membuat para polisi hutan seolah tak berdaya, tak bisa memantau seluruh isi pulau.
"Kita sudah berusaha maksimal selamatkan penyu ini agar enggak punah. Kita relokasi telur jalan berkilo-kilo, kadang sampai subuh," keluh dia.
Senada, rekan Lipu, Prawira Harja mengatakan pernah pasang kamera trap di beberapa titik.
Upaya itu juga tak menghentikan aktivitas pencurian. Dari video rekaman kamera trap, pencuri seolah mengetahui ada kamera dan nekat melakukan pencurian dengan menutup wajah.
"Tapi tetap saja mereka mencuri. Rekaman kamera trap mereka berpakaian kaya ninja tutup muka semua," ungkap Prawira.
Baca juga: Happy Kaget, Uang Rp 6 Juta di Rekeningnya Raib padahal Tak Lakukan Penarikan, Ini Kata Polisi
Selain manusia, ancaman telur penyu di Pulau Sangalaki juga datang dari hewan predator lain seperti biawak, kepiting, burung elang, burung camar dan hewan lainnya.
Data BKSDA Kaltim sejak 2014 - 2020 jumlah penyu bertelur di Pulau Sangalaki berkisar antara 4.000 sampai 5.000 ekor.
Namun, tahun 2015 dan 2018 sempat terjadi penurunan hingga 2.000 ekor.
Selain pencurian, ancaman lain yakni rendah temperatur suhu sarang d wilayah terbuka Pantai Sangalaki disebut masih dibawa 28 derajat celcius karena tingkat kerapatan kanopi hutan tinggi.
Angka tersebut dibawa batas ideal temperatur yang baik untuk sarang penyu yang berada pada suhu 28 - 30 derajat celcius.
Baca juga: Berkat Video TikTok, Aksi Penangkapan Penyu di Gunungkidul Terungkap
"Apabila di atas itu, maka akan menetaskan dominan tukik betina, begitu pula sebaliknya," ungkap Peneliti Penyu drh Dwi Suprapti saat dikonfirmasi terpisah.
Dwi mengatakan dari hasil penelitian tersebut mengungkapkan rata-rata telur penyu yang menetas di pantai Sangalaki adalah jantan.
Karena itu, Dwi meminta saat relokasi ke sarang buatan itu, suhu temperatur harus diatur berkisar antara 28 - 30 derajat celcius.
Hal itu bisa menetas seimbang antara jantan dan betina. Rasio seks dalam penetasan telur penyu penting dijaga, karena siklus reproduksi. Jika tidak, bisa berujung pada kepunahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.