Areal pembiakan dekat pos jaga sudah disiapkan sebagai sarang buatan untuk menyimpan telur-telur itu. Kedalamannya berkisar 50 sentimeter.
Setiap sarang yang diisi telur diberi penanda waktu dan titik relokasi guna mengindentifikasi daya tetas saat memasuki masa inkubasi 59-65 hari.
Ada ratusan hingga ribuan telur direlokasi tiap malamnya, sebelum pencuri atau hewan predator datang.
"Pakai rebutan, kita duluan selamatkan. Tapi enggak semua kita relokasi. Kalau sarangnya kita lihat aman, kita biarkan saja," terang dia.
Baca juga: Diduga Terjerat Jaring Nelayan, Seekor Penyu Ditemukan Mati di Aceh Jaya
Biasanya, kata Lipu, satu ekor penyu sekali bertelur bisa menghasilkan 70 - 100 butir.
Jika dalam semalam ada 100 ekor penyu bertelur, maka sekitar 7.000 sampai 10.000 telur dihasilkan dan harus direlokasi kurang dari delapan jam setelah bertelur.
"Kalau enggak, banyak telur enggak menetas," kata dia.
Lipu bilang terbanyak pernah 70 ekor penyu bertelur dalam satu malam. Mereka sampai kewalahan merelokasi hingga subuh.
Meski gelap, lintasan jalan penyu membekas di pasir sangat mudah dikenali. Saat mengikuti lintasan jalan itu, maka akan sampai ke sarangnya.
Karena mudah mengenali sarang ini, para pencuri atau pemburu telur penyu sangat lincah menemukan titik sarang saat berburu.
"Mereka (pencuri) itu cepat sekali ketemu sarangnya daripada kita," jelas Lipu.
Setiap kali mendengar suara mesin ketinting menghampir pulau, Lipu bersama dua rekannya, selalu bergegas mengikuti arah suara.
"Kadang kita pergoki, mereka enggak jadi ambil (telur). Kita selalu ingatkan, agar jangan lagi mengambil. Tapi tetap saja. Begitu kita geser, mereka datang lagi," terang dia.