Salah satu hasilnya adalah lima mangkuk yang berasal dari Dinasti Qing era Kangxi tahun 1622-1722 dan tiga mangkuk era akhir Kangxi - awal Yongzhen tahun 1722-1730.
Mangkuk-mangkuk lain juga berasal dari Qing dengan era yang berbeda, era Yongzheng-Qianglong (1723-1750), era Daoguang (1820-1850), era Jiaqing-Daoguang (1820-1850), dan era Belanda.
Temuan pecahan keramik lain adalah berbentuk piring, guci, vas, botol, cepuk dan pasu.
"Banyak keramik dari luar negeri, Tiongkok dan eropa," ujar Irna Saptaningrum.
Baca juga: 3 Situs Arkeologi Bisa Dijelajah Secara Virtual, Dari Maros Pangkep hingga Gua Harimau
Temuan keramik tertua berasal dari Dinasti Qing era Kangxi yang memerintah tahun 1622-1722, kemudian ada keramik yang berasal dari era Kaisar Yongzheng, Kaisar Qianlong dari abad 18.
Keramik termuda dari China berasal dari era Kaisar Jianqing dan Kaisar Daoguang yang memerintah pada abad 19.
“Keramik dari Eropa berasal dari Belanda dibuat pada abad 19-20,” ujar Irna Saptaningrum.
Temuan arkeologi ini juga menunjukkan keramik asal China sebagian besar dari Fujian, kemudian disusul Jingdezhen. Sementara keramik asal Guandong sangat sedikit.
Keramik asal Jingdezhen dikenal sebagai keramik yang memiliki kualitas terbaik. Kualitas keramik asal Fujian masih di bawah Jingdezhen.
Baca juga: Piring Keramik dari Era Kolonial Belanda Ditemukan Saat Warga Gali Liang Lahad
Sedangkan yang dari Guandong umumnya merupakan produk massal. Keramik Eropa berasal dari Delf, Belanda.
Ada pula fragmen ornamen yang berasal dari Thailand berasal dari abad 17 yang dikenal dari daerah Sawankhalok.
“Dari hasil analisis keramik memperlihatkan pemakaian atau keberadaan Benteng Kota Mas dimulai pada kisaran abad 17, terus berlangsung pada abad 18 hingga abad 19-20 dengan ditemukannya keramik masa dinas Qing akhir dan temuan keramik eropa dari Delf abad 19,” kata Irna Saptaningrum.