KOMPAS.com - GR (25), perawat korban penganiayaan keluarga pasien Covid-19 di Garut mencabut laporannya saat tahu pelakunya adalah teman SMP-nya yang berinisial MR (25).
Hal tersebut diungkapkan Kapolsek Pamengpeuk Iptu Dindin.
Ia mengatakan setelah kejadian tersebut, polisi mengamankan pelaku, MR dan mempertemukannya dengan korban, GR.
Baca juga: Fakta Baru Kasus Keluarga Pasien Aniaya Perawat, Pelaku Ditangkap, tapi...
Ternyata GR dan MR saling mengenal karena pernah satu sekolah saat SMP. Karena tahu pelakunya adalah temannya sendiri, GR pun memilih mencabut laporannya.
"Setelah bertemu, ternyata teman SMP. Pelaku pun sudah minta maaf dan korban menarik laporannya," katanya.
Selain itu keluarga MR juga meminta maaf pada GR sesaat setelah kejadian pemukulan di puskesmas.
Namun permintaan maaf itu tidak terekam kamera CCTV karena yang beredar hanya video pemukulan.
"CCTV yang viral kan durasinya pendek, hanya pemukulan yang terlihat. Padahal setelah itu keluarga sudah langsung meminta maaf," katanya.
Baca juga: Penganiaya Perawat Ternyata Teman SMP Korban, Pelaku Minta Maaf dan Tak Ditahan
Saat itu orangtua pelaku yang dinyatakan positif Covid-19 dibawa ke UGD PKM Pameungpeuk karena kondisi isolasi mandiri tak memadai.
Mengetahui pasiennya positif covid-19, perawat yang bertugas mengenakan APD dan meminta keluarga serta pasien menunggu di luar puskesmas.
Baca juga: Perawat Korban Penganiayaan Langsung Cabut Laporan Saat Melihat Pelaku, Ternyata Ini Penyebabnya
Setelah perawat menggunakan APD, pasien dibawa ke ranjang.
Setelah pasien berbaring di ranjang, tiba-tiba anak pasien mendatangi perawat dan memukul bagian rahang korban sebanyak dua kali. Tenaga kesehatan yang lain kemudian melerai dan membawa pelaku pemukulan keluar.
Diduga pemukulan terjadi karena sang anak tak percaya ayahnya terpapar Covid-19 dan tak sabar saat korban harus menggunakan APD sebelum menangani ayahnya.
Baca juga: Usai Urus Penderita Covid-19, Perawat Dipukul Keluarga Pasien, Ini Kronologinya
Camat Pameungpeuk Tatang Suryana mengatakan pelaku sempat berbicara ke perawat jika ayahnya tidak terpapar Covid-19.
"Si pelaku sempat berbicara ke tenaga medis, 'kenapa memakai baju APD, kan ayah saya bukan (terjangkit) Covid. Itu alasannya sehingga terjadi pemukulan," ucap Tatang.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ari Maulana Karang | Editor : David Oliver Purba)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.