SAMARINDA, KOMPAS.com - Ancaman terbesar pembiakan penyu di Pulau Sangalaki, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim), adalah pencurian telur penyu.
Orang tak dikenal selalu datang ke pulau seluas 280 hektar itu berburu telur tiap malam.
"Kadang mereka datang subuh-subuh di saat kita mulai ngantuk," ungkap Polisi Hutan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim Lipu (54) kepada Kompas.com saat mengunjungi Pulau Sangalaki, pekan lalu.
Baca juga: Melihat Lebih Dekat Pulau Sangalaki, Surga bagi Penyu
Lipu bersama beberapa rekannya selalu patroli tiap malam. Mereka bergantian menjaga telur penyu dari pencurian dan satwa predator di pulau ini.
Lipu bercerita, sudah beberapa kali memergoki para pemburu liar telur penyu di pesisir pantai Sangalaki saat patroli.
"Begitu mereka lihat ada petugas, mereka lari enggak jadi ambil. Setelah kita bergeser mereka datang lagi," terang dia.
Para pencuri telur penyu dengan petugas polisi hutan seperti kucing-kucingan.
Guna mengantisipasi hal itu, Lipu bersama rekan-rekannya merelokasi telur penyu dari pantai ke sarang buatan agar aman.
Rutinitas itu mereka lakukan tiap malam setelah menunggu penyu selesai bertelur. Pantai Sangalaki merupakan tempat bertelur penyu hijau dan penyu sisik.
Dalam semalam ada belasan hingga puluhan ekor penyu bertelur. Tiap ekor bisa bertelur sampai 70 hingga 200 butir.
"Kalau enggak kami ambil (relokasi) hilang semua Pak," keluh Lipu.
Baca juga: Diduga Terjerat Jaring Nelayan, Seekor Penyu Ditemukan Mati di Aceh Jaya
Pengakuan sama juga disampaikan Kepala Seksi Konservasi Wilayah I, BKSDA Kaltim wilayah kerja Berau Dheny Mardiono dan Kepala Resor Pulau Sangalaki, Prawira Harja.
Prawira mengaku pernah memasang kamera trap di beberapa titik di pesisir pantai. Dengan harapan jika pelaku pencurian terekam jelas, bisa menjadi bukti laporan ke polisi.
"Tapi pencuri datang pakai penutup wajah. Pakaiannya kaya ninja-ninja. Saya lihat video itu kadang tertawa, segitunya mencuri telur penyu," ungkap Prawira.
Polisi hutan yang bertugas menjaga telur penyu di pulau Sangalaki, secara bergantian tiap dua pekan sekali, dengan jumlah personel tiga orang per tim.