Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pos Penyekatan Suramadu Diserang Pakai Petasan, Polisi Sebut Pelakunya Mayoritas Anak di Bawah Umur

Kompas.com - 23/06/2021, 05:50 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Kembali terjadi kericuhan di posko penyekatan Jembatan Suramadu sisi Surabaya pada Selasa (22/6/2021).

Dari video yang beredar, terdengar suara ledakan petasan dan terekam petugas berusaha menangani kericuhan. Perekam menyebut massa mebobol bagian belakang tenda.

Saat dikonfirmasi Kasat Lantas Polres Tanjung Perak AKP Eko Adi Wibowo mengatakan mayoritas massa yang ada di lapangan adalah anak di bawah umur.

Baca juga: Video Viral Petugas di Pos Penyekatan Suramadu Diserang Pakai Petasan, Begini Penjelasan Polisi...

Hal tersebut membuat ia merasa janggal. Massa yang sebagian masih berusia anak-anak menggunakan motor yang dimodifikasi dan berkumpul di bawah jembatan.

"Itu anak-anak tanggung belum genap 17 tahun, mau diperiksa pun masih anak di bawah umur. Dia pengendara sepeda motor perotolan itu yang numpuk di bawah jembatan itu knalpotnya yang enggak karuan itu," ucap Eko saat dikonfirmasi via telepon selulernya, Selas (22/6/2021).

Baca juga: Kronologi Warga Madura Demo Tolak Penyekatan Suramadu, Berikut Tuntutannya

Polisi sempat lakukan penyisiran

Warga menyusuri Selat Madura saat air surut untuk mengumpulkan kerang di sekitar proyek Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) di kawasan Tambak Wedi, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (5/6). Jembatan Suramadu yang menghabiskan dana sebesar Rp 4,5 triliun itu telah siap dioperasikan dengan membawa harapan baru terjadinya percepatan pembangunan di kawasan Madura.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI Warga menyusuri Selat Madura saat air surut untuk mengumpulkan kerang di sekitar proyek Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) di kawasan Tambak Wedi, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (5/6). Jembatan Suramadu yang menghabiskan dana sebesar Rp 4,5 triliun itu telah siap dioperasikan dengan membawa harapan baru terjadinya percepatan pembangunan di kawasan Madura.
Eko menjelaskan sebelum ada penyerangan tersebut, pihaknya melakukan penyisiran di Jembatan Suramadu hingg Bangkalan.

Setiba di Bangkalan, petugas kembali ke Suarabaya menjelang shubuh. Saat itu kondisinya normal dan tak ada penumpukan penumpang.

Namun setelah petugas selesai shalat, ia menerima laporan jika ada massa yang melawan arah dan merobohkan pagar.

Baca juga: Massa Rusak Pagar Pembatas Jembatan Suramadu Sisi Surabaya, Polisi: Akan Diproses Hukum


Eko dan 10 petugas lainnya langsung menuju ke lokasi. Melihat kedatangan petugas, massa kabur dengan melompati pembatas kendaraan hingga trun di Jalan Tambak Wedi.

Menurut Eko ada sekitar 200 orang yang berkumpul. Petugas kemudian memecah kerumuman massa. Sebagian masuk ke Kampung Tambak Wedi dan sebagian lain berlari ke arah bawah Jembatan Suramadu.

Saat ditekan mundur, massa yang berkumpul langsung bubar dan mereka mundur pelan-pelan.

Baca juga: Kronologi Massa Rusak Pagar Jembatan Suramadu, Polisi Buru Pelaku

Kericuhan bukan dari pengendara yang ingin bekerja

Ery Cahyadi Wali Kota Surabaya, didampingi Eddy Christijanto Kepala Satpol PP Pemkot Surabaya Saat Menghentikan Pengendara Motor Agar dilakukan Tes Swab Antigen Di Posko Penyeketan Suramadu sisi Madura, Jum'at (18/6/2021)KOMPAS.COM/MUCHLIS Ery Cahyadi Wali Kota Surabaya, didampingi Eddy Christijanto Kepala Satpol PP Pemkot Surabaya Saat Menghentikan Pengendara Motor Agar dilakukan Tes Swab Antigen Di Posko Penyeketan Suramadu sisi Madura, Jum'at (18/6/2021)
Eko menegaskan, massa yang ricuh di posko penyekatan Jembatan Suramadu bukan dari pengendara yang ingin bekerja. Ia menduga kericuhan tersebut terkait dengan kelompok kriminal.

Ia menyebut penyekatan di Jembatan Suramadu menghambat ruang gerak pelaku kriminal.

"Jadi bukan warga pengendara yang biasa, bisa saja bagi mereka yang memiliki niat kriminal dengan adanya penyekatan ini seakan-akan terhambat," kata dia.

"Inilah salah satu manfaat penyekatan di posko Suramadu. Penyekatan ini selain menangani Covid-19. Agar juga berimbas pada ruang gerak kriminal, tidak terlalu leluasa," kata Eko.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Muchlis | Editor : Dheri Agriesta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com