Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mati Mendadak, 1,5 Ton Ikan Nila di Waduk Gajah Mungkur Dikubur, Pemilik Rugi Puluhan Juta Rupiah

Kompas.com - 22/06/2021, 11:15 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAs.com - Pemilik mengubur ikan nila sebanyak 1,5 ton yang mati mendadak di Waduk Gajah Mungkur, Woogiri setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut.

Ribuan ikan yang mati itu adalah milik empat kelompok dengan kerugian mencapai Rp 40 juta.

Hal tersebut disampaikan Ketua Pembudidaya Ikan Nila Kencana di Karamba WGM, Sugiyanto yang dihubungi Kompas.com, Senin (21/6/2021).

Ia menjelaskan kebanyakan ikan yang mati berada di karamba dengan posisi padat populasi.

Baca juga: Ribuan Ikan Mendadak Mati di Karamba Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Kebanyakan Siap Panen

“Rata-rata ikan mati malah yang siap panen,” jelas Sugiyanto.

Walapun ikan yang mati sudah siap panen, para petani memilih mengubur ribuan ikan tersebut dan tak menjualnya ke pasar.

“Ikan mati itu tidak kami jual. Tapi kami kubur,” kata Sugiyanto.

Sementara itu pasca-hujan lebat, kondisi air di Waduk Gajah Mungkir keruh dan kadar oksigen di ar berkurang.

Baca juga: Bupati Wonogiri Harapkan Revitalisasi Waduk Gajah Mungkur Datangkan Kesejahteraan Masyarakat

Penjarangan populasi ikan

Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.
Sugiyanto mengatakan matinya ikan itu biasanya terjadi pada saat pergantian musim kemarau ke musim penghujan sekitar bulan Oktober atau November.

Namun untuk tahun ini, belum sampai ke bulan tersebut, banyak ikan yang mengalami kematian.

Menurutnya sebelum terjadi pergantian musim, petani sudah mengantisipasi dengan penjarangan atau mengurangi populasi ikan di karamba dari 2.000 ekor menjadi 1.000 ekor.

Namun ketika para petani belum sempat penjarangan, mereka sudah diterjang musibah matinya ribuan ekor ikan pasca hujan lebat.

Baca juga: Curah Hujan Tinggi, Pintu Air Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Dibuka

Saat ini, sisa ikan yang berada di keramba tetap dibiarkan berkembang. Petani tak berani memanennnya lebih awal karena selama pandemi, pasaran ikan nila sepi.

Namun petani tambak memilih mengurangi populasi ikan, salah satunya dengan cara tidak memberi makan dalam waktu tujuh hari.

Hal itu dilakukan karena saat mencerna makanan, ikan membutuhkan banyak oksigen di dalam air.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Muhlis Al Alawi | Editor : Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gelisah Ngatiyem, Pembuat Selongsong Ketupat Didominasi Orang Tua

Gelisah Ngatiyem, Pembuat Selongsong Ketupat Didominasi Orang Tua

Regional
Cabuli Mantan Murid hingga Hamil, Oknum Guru SMP di Pontianak Ditangkap

Cabuli Mantan Murid hingga Hamil, Oknum Guru SMP di Pontianak Ditangkap

Regional
Polisi Periksa Kelaikan Bus ALS yang Terbalik di Malalak, Agam

Polisi Periksa Kelaikan Bus ALS yang Terbalik di Malalak, Agam

Regional
Suami di Magelang Aniaya Istri Pakai Kapak, Awalnya Cemburu Lihat Chat di Ponsel Korban

Suami di Magelang Aniaya Istri Pakai Kapak, Awalnya Cemburu Lihat Chat di Ponsel Korban

Regional
Tiga Kepala OPD di Solo Terima Parsel Lebaran, Kepala Inspektorat: Disalurkan ke Panti Asuhan

Tiga Kepala OPD di Solo Terima Parsel Lebaran, Kepala Inspektorat: Disalurkan ke Panti Asuhan

Regional
Polisi Penemu Rp 100 Juta Milik Pemudik Diberi Beasiswa Sekolah Perwira

Polisi Penemu Rp 100 Juta Milik Pemudik Diberi Beasiswa Sekolah Perwira

Regional
Setelah Macet Tiga Hari Berturut-Turut, Simpang Ajibarang Banyumas Kembali Normal

Setelah Macet Tiga Hari Berturut-Turut, Simpang Ajibarang Banyumas Kembali Normal

Regional
FX Rudy Ungkap Pesan Khusus dari Megawati Soekarnoputri

FX Rudy Ungkap Pesan Khusus dari Megawati Soekarnoputri

Regional
Bus ALS Terbalik di Jalur Padang-Bukittinggi, Kernet Tidur dan Selamat

Bus ALS Terbalik di Jalur Padang-Bukittinggi, Kernet Tidur dan Selamat

Regional
Sebut Penjaringan Cawalkot PDI-P Solo Sudah Ramai, Gibran: Makin Banyak Pilihan, Makin Bagus

Sebut Penjaringan Cawalkot PDI-P Solo Sudah Ramai, Gibran: Makin Banyak Pilihan, Makin Bagus

Regional
Dorong Kelancaran Arus Mudik dan Balik Lebaran, Pemkab Wonogiri Lakukan Rekayasa Lalu Lintas di 8 Titik

Dorong Kelancaran Arus Mudik dan Balik Lebaran, Pemkab Wonogiri Lakukan Rekayasa Lalu Lintas di 8 Titik

Regional
Wakil Ketua DPRD Jateng Quatly Alkatiri Meninggal Dunia, Dimakamkan Hari Ini di Sukoharjo

Wakil Ketua DPRD Jateng Quatly Alkatiri Meninggal Dunia, Dimakamkan Hari Ini di Sukoharjo

Regional
'Ngaku' untuk Beli Susu Anak, Pria yang Mencuri hingga Seret Karyawan Alfamart Semarang Ditangkap Polisi

"Ngaku" untuk Beli Susu Anak, Pria yang Mencuri hingga Seret Karyawan Alfamart Semarang Ditangkap Polisi

Regional
35 Persen Pemudik Belum Kembali dari Sumatera, Gelombang Arus Balik Diprediksi Masih Terjadi

35 Persen Pemudik Belum Kembali dari Sumatera, Gelombang Arus Balik Diprediksi Masih Terjadi

Regional
PDI-P Tutup Pintu Bobby di Pilkada Sumut 2024, Gibran: Tenang Aja

PDI-P Tutup Pintu Bobby di Pilkada Sumut 2024, Gibran: Tenang Aja

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com