Rahayu menyebut, jika pada Rakerda seluruh cabang mengusulkan nama Puan Maharani sebagai calon presiden, berarti nama Puan juga yang diusulkan kader dan pengurus partai di tingkat bawah melalui forum Rakercab.
Rahayu juga menampik jika dikatakan rekomendasi yang diberikan Rakerda PDI Perjuangan Jawa Timur kepada Puan Maharani sebagai calon presiden merupakan reaksi terhadap adanya dikotomi Ganjar-Puan.
Ditanya kenapa tidak ada yang mengusulkan nama Ganjar padahal dia memiliki elektabilitas yang lebih tinggi, Rahayu mengatakan seseorang bisa saja berubah naik atau turun.
Baca juga: Seluruh DPC PDI-Perjuangan Jatim Sepakat Ajukan Puan sebagai Capres di Pilpres 2024
Sementara, ujarnya, pemilihan presiden masih lama sehingga masih ada waktu panjang yang bisa saja membuat elektabilitas Ganjar turun dan elektabilitas Puan naik.
"Kita kan masih jauh. Masih panjang. Dan nanti sekali lagi, semua keputusan ada di tangan Ibu Ketum. Kita kan namanya kader kan boleh-boleh saja. Punya cita-cita kan boleh," ujarnya.
Rahayu menghimbau semua pihak khususnya di internal PDI Perjuangan untuk mengikuti saja mekanisme yang ada di partai.
"Kita ikuti saja dulu alur dari temen temen yang di bawah. Ini masih berupa rekomendasi. Semua nanti akan diolah di Rakernas," ujarnya.
Baca juga: Pengakuan Komplotan Spesialis Pencuri Anjing di Papua, Semalam Dapat 7 Ekor dan Raup Uang Jutaan
Rahayu menilai, wajar bahwa selama Rakercab maupun Rakerda muncul rekomendasi nama calon presiden.
Menurutnya, aspirasi lain yang muncul selama Rakerda PDI Perjuangan Jawa Timur itu adalah bahwa calon presiden yang diusung partai harus figur yang juga merupakan kader partai.
"Kalau kemudian mereka memunculkan rekomendasi antara lain Ibu Puan Maharani atau Mbak Puan Maharani sebagai calon presiden ya ndak masalah. Kan (Puan) kader sendiri," ujarnya.
Menurutnya, selain pemilihan presiden masih lama, keputusan terakhir terkait calon presiden dari PDI Perjuangan berada di tangan Megawati Soekarnoputri.
"Kita tegak lurus kepada keputusan Ibu Ketum," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.