BANGKA, KOMPAS.com - Berdasarkan data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kepulauan Bangka Belitung tercatat sebanyak 72 kasus konflik terjadi antara manusia dan buaya dalam rentang 2016 - 2020.
Tahun ini di Kepulauan Bangka Belitung, seorang penjaga pintu air perusahaan pengolahan pasir (BSM) di Rawa Sungai Desa Dukong, Simpang Pesak, Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung dinyatakan hilang pada Sabtu (19/6/2021) diduga tenggelam diseret buaya.
Baca juga: Detik-detik Menegangkan Saat Tim SAR Evakuasi Jenazah Penjaga Pintu Air di Sarang Buaya
Namun hingga saat ini petugas penyelamat belum dibekali pelatihan khusus untuk menangani hewan-hewan predator semisal buaya.
Kepala Kantor SAR (Search and Rescue) Pangkalpinang, M Fazzli mengatakan untuk persiapan saat ini pihaknya melaksanakan prosedur penggunaan alat pelindung diri sesuai dengan operasi SAR di air.
"Khusus untuk binatang buas para petugas di lapangan diinstruksikan melihat ancaman bahaya sebelum melakukan aktivitas pencarian korban," kata Fazzli kepada Kompas.com, Senin (21/6/2021).
Baca juga: Penjaga Pintu Air Hilang Diseret Buaya di Belitung Timur, Ini Faktanya
Menurut Fazzli, kasus serangan buaya yang kerap muncul telah menjadi perhatian Badan SAR dan Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD).
"Sudah direncanakan untuk pelaksanaan diklat dengan BPBD provinsi, namun karena kondisi saat ini, rencana yang sudah dicanangkan dari awal tahun lalu, sampai saat ini belum terlaksana," ucapnya.
Beruntung hingga saat ini petugas SAR di lapangan belum menemukan kendala berarti.
Selain mengandalkan peralatan operasional, tim yang turun ke lapangan juga dipastikan dalam kondisi sehat dan siap memberikan pertolongan.
"Kasus serangan buaya langsung kepada petugas belum ada," pungkas Fazzli.