Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog UGM Sarankan 70 Persen Warga DIY di Rumah 20 Hari untuk Tekan Penularan Covid-19

Kompas.com - 21/06/2021, 18:11 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Epidemiologi Universitas Gadjah Mada dr Riris Andono Ahmad menyarankan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menghentikan mobilitas warga selama dua kali waktu infeksius atau sekitar 20 hari.

Hal itu untuk menekan angka kasus penularan Covid-19 di DIY, mengingat sepekan terakhir angka penularan Covid di DIY melonjak tajam.

Riris mengatakan, ia telah melakukan rapat dengan Pemerintah DIY.

Dalam rapat tersebut epidemiolog menyarankan pemerintah untuk menghentikan mobilitas masyarakat.

"Kalau dari kami sudah cukup jelas karena peningkatan ini terkait mobilitas yang tinggi. Satu cara untuk menurunkan atau mengendalikan penularan ketika sudah meningkat tinggi, dengan menghentikan mobilitas," katanya, Senin (21/6/2021).

Baca juga: Kasus Covid-19 Klaster Gathering Mahasiswa Untidar Magelang Jadi 57 Orang

Riris mencontohkan ada beberapa negara yang sukses menurunkan kasus Covid-19 dengan cara menghentikan mobilitas seperti Vietnam dan New Zealand. 

"Di berbagai tempat itu terbukti Vietnam dan New Zealand begitu ada peningkatan langsung menghentikan (mobilitas). Entah PSBB lockdown atau apapun (istilahnya). Kita sering membandingkan negara itu, mereka mau dipaksa untuk tinggal di rumah," kata dia.

Ia menambahkan dalam menurunkan mobilitas warga tidak diperlukan 100 persen warga harus berada di rumah.

Namun, yang dibutuhkan minimal 70 persen dari warga di DIY menghentikan mobilisasinya selama dua kali massa penularan.

"Sama seperti awal pandemi masyarakat masih mau mampu untuk tinggal di rumah. Misalnya 70 persen masyarakat di DIY mau tinggal di rumah selama masa penularan (infeksius) sekitar 20 hari, seharusnya kita bisa menurunkan kasusnya," jelas Riris.

Lebih lanjut, Riris menjelaskan, dengan sebanyak 70 persen warga menghentikan mobilitas atau berada di rumah, virus akan kesulitan mencari orang untuk diinfeksi.

"Sekarang itu virus itu kesulitan mencari orang untuk ditulari karena 70 persen orang itu tidak bergerak. Karena tidak bergerak kan kesulitan,  butuh waktu dua kali periode infeksius," katanya.

Baca juga: Denny Indrayana Kembali Gugat Hasil PSU Pilkada Kalsel ke MK

Setelah dilakukan penghentian mobilitas, maka nantinya akan terbentuk perubahan pola penularan yang awalnya menular dari lingkungan luas berpindah penularannya melalui keluarga.

"Periode infeksius pertama akan terjadi perubahan pola penularan kemungkinan akan berpindah di rumah. Periode kedua menghentikan menghabiskan penularan di rumah," paparnya.

Dengan menghentikan mobilitas sebanyak 70 persen dari populasi menurutnya tidak akan mempengaruhi proses vaksinasi Covid-19 yang digencarkan oleh Pemerintah DIY.

"Kan tidak semua berada di rumah, sektor-sektor esensial tetap diperbolehkan memberikan layanan seperti kesehatan. Vaksinasi salah satu sektor esensial yakni kesehatan jadi masyarakat tetap bisa mengakses," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Regional
4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Regional
Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Regional
Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Regional
Polres Siak Pasang Stiker 'Cahaya' pada Truk di Jalan Tol Permai

Polres Siak Pasang Stiker "Cahaya" pada Truk di Jalan Tol Permai

Regional
2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

Regional
10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

Regional
Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Regional
Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Regional
Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Regional
RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

Regional
Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Regional
Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com