Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Warga Karantina BPWS Bangkalan Berorasi, Desak Petugas Tanda Tangan dan Mengancam Pulang

Kompas.com - 21/06/2021, 06:49 WIB
Muchlis,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Video warga yang berteriak dan berorasi menyampaikan tuntutan serta mengeluhkan fasilitas ruang karantina di tempat karantina BPWS Bangkalan menyebar di media sosial.

Video berdurasi sekitar 7 menit ini salah satunya diunggah di grup Kabar Bangkalan oleh akun Rohim Basten pada Sabtu (19/6/2021) sore.

Dalam video tersebut terlihat seorang pria mengenakan kopiah berwarna putih dan memakai sarung berteriak lantang di hadapan beberapa warga karantina lainnya.

Tampak terlihat pula aparat berpakaian TNI, hingga petugas yang mengenakan Alat Perlindungan Diri (APD).

Baca juga: Pemkab Bangkalan Keluarkan Kebijakan SIKM bagi Pelintas Jembatan Suramadu dan Pelabuhan Kamal

Bacakan tuntutan

Dalam video tampak, pria itu seolah-olah menjadi koordinator dan membacakan tuntutan yang telah ditulis pada secarik kertas.

“Kami warga karantina di gedung BPWS mempunyai sepuluh tuntutan,” teriaknya di awal orasi.

Tuntutan pertama, air yang tidak pernah mengalir di toilet atas arah utara. Kedua, tempat suci untuk melaksanakan shalat berjamaah tidak tersedia.

Gemuruh suara dukungan dari warga lainnya juga terdengar saat di pria bersarung itu membacakan tuntutan.

Di poin ketiga, dia meminta agar kendaraan bermotor yang ada di Surabaya dibawa ke tempat karantina agar tidak rusak.

Keempat, pendingin ruangan di lantai 2 sisi utara tidak menyala.

Kelima, dia mempertanyakan bagaimana prosedur dan hak-hak warga yang dikarantina berstatus OTG (Orang Tanpa Gejala) dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

Baca juga: Jadwal, Lokasi, dan Syarat Pendaftaran Vaksin Covid-19 Gratis di Surabaya

 

Ilustrasi viralShutterstock Ilustrasi viral
Tuntutan selanjutnya, pria itu meminta hasil tertulis per lembar, hasil tracing (penelusuran) awal dan hasil tes PCR, baik yang terjaring penyekatan di pos petapan akses Suramadu (Bangkalan) arah Surabaya maupun pos Suramadu arah Madura untuk kepentingan laporan ke tempat kerja masing-masing.

Sedangkan poin ketujuh, dia menanyakan kapan hasil tes swab PCR dan rapid antigen bisa keluar sehingga diketahui warga karantina.

Kedelapan, dia meminta adanya edukasi tentang tahapan karantina.

Kesembilan, dia meminta santunan penuh untuk keluarga di rumah mengingat mereka merupakan tulang punggung keluarga.

Terakhir, warga karantina meminta disiapkan pakaian layak serta kebutuhan kesehatan wanita seperti pembalut dan lain-lain, mengingat saat terjadi penyekatan secara tiba-tiba dan tidak ada persiapan dari warga karantina.

Baca juga: Wali Kota Eri Cahyadi: Surabaya Harus Hijau dan Sehat, Kabupaten Bangkalan Juga...

 

Minta petugas tanda tangan

Setelah membacakan tuntutan, pria itu meminta agar petugas yang menjadi penanggung jawab karantina BPWS untuk menandatangani surat tersebut.

Pria tersebut tidak menginginkan petugas keamanan yang maju ke depan, sebab dia menganggap bahwa TNI adalah sahabat.

"Jangan Bapak TNI, karena TNI adalah sahabat kami, bapak TNI adalah yang kita cinta. Monggo bapak ibu yang cantik dan ganteng," ucap pria itu.

Di sela-sela video tersebut pria itu juga menyampaikan informasi tambahan yang menjadi temuannya selama berada di lokasi Karantina BPWS Bangkalan.

Baca juga: Fakta Resto Abal-abal di Lapak Online, Catut Nama Restoran Terkenal di Surabaya, Miliki 30 Usaha Fiktif

Dia mengatakan, jumlah penghuni rumah karantina di bekas kantor BPWS Surabaya lebih dari 100 orang, dan beberapa di antaranya warga berusia lanjut, dengan jumlah kamar mandi sebanyak 4 ruang.

Pria itu menyebutkan bahwa WC dijadikan kamar mandi.

Dia juga mengatakan tidak akan mau dites PCR jika hasil tes pertama saat penyekatan belum keluar.

“Petugas juga memaksa warga karantina untuk didata ulang karena data sebelumnya dikatakan telah ketlisut (hilang),” tuturnya.

Mengancam pulang

Ia menambahkan, alangkah baiknya apabila warga karantina yang berasal dari luar kabupaten untuk dikembalikan ke daerah asalnya.

"Kami meminta ada tanggapan dari pihak terkait, 1 x 24 jam selambat-lambatnya 2 x 24 jam. Kami akan tertib tetapi apabila 10 tuntutan kami dalam 2 x 24 jam tidak ada respons, kami pulang,” tegasnya.

Terakhir, permintaannya ialah memohon kepala daerah atau DPRD menjenguk warganya yang dikarantina.

Video itu dibenarkan oleh Retno, salah seorang petugas tenaga kesehatan yang kerap berjaga di lokasi karantina dan sempat menjadi penanggung jawab di tempat karantina tersebut.

"Iya katanya, tapi saya pas nggak ada di sana, saya sekarang banyak off, ditugaskan hal lain, di sana soalnya sudah di handle Pemprov," jawab dia melalui pesan WhatsApp, Minggu (20/6/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Regional
Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Regional
Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Regional
Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Regional
Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Regional
BBWS Pemali Juana Ungkap Solusi Banjir Pantura Jateng: Harus Keluarkan Sedimen dan Perkuat Tanggul

BBWS Pemali Juana Ungkap Solusi Banjir Pantura Jateng: Harus Keluarkan Sedimen dan Perkuat Tanggul

Regional
Siswi SMA di Kupang Melahirkan, Bayi Disembunyikan dalam Koper

Siswi SMA di Kupang Melahirkan, Bayi Disembunyikan dalam Koper

Regional
9 Nelayan di Lombok Timur Ditangkap Terkait Dugaan Pengeboman Ikan

9 Nelayan di Lombok Timur Ditangkap Terkait Dugaan Pengeboman Ikan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com