(Mananwir Paul Mayor, kelahiran 1992, beragama Kristen, asal Papua Barat)
"Ternyata semua agama tidak ada yang mengajarkan kita untuk saling membenci," kata Mananwir, salah-seorang alumni Peace Train 2017 di Semarang.
"Tapi cara kita menafsirkan itu yang tidak tepat".
Kesimpulan seperti itu dia dapatkan setelah terlibat dalam kegiatan lintas iman melalui acara Peace Train Indonesia yang digelar ICRP.
Baca juga: Belajar Filosofi Satu Tungku Tiga Batu, Penguat Toleransi di Fakfak Papua Barat
"Sebenarnya kita diajari untuk saling mengasihi, tolong menolong," tambahnya. Semua agama menginginkan hidup damai. "Artinya kita punya cita-cita yang sama".
Sebelum mengikuti PTI, Mananwir mengaku "masih meraba-raba" tentang ajaran agama yang paling benar.
"Aliran agama saya, Nasrani, mengajarkan begini, tapi saudara-saudara saya, yaitu keluarga dari bapak saya yang Muslim, alirannya begitu," katanya.
Dia berusaha menemukan alasan yang tepat. Akhirnya, alasan itu dia dapatkan selama mengikuti acara PTI. "Ternyata kita ini satu keluarga yang menginginkan perdamaian".
"Jadi saya sekarang lebih menerima kemajemukan itu," kata Mananwir kepada BBC News Indonesia, awal Juni lalu.
Baca juga: Satu Tungku Tiga Batu, Penguat Toleransi di Fakfak, Papua Barat
Sebagai alumni PTI, dia mengaku memiliki tanggungjawab untuk menindaklanjutinya di tempat tinggalnya di Papua Barat.
Kebetulan dia juga menjadi Ketua Dewan Adat Papua Barat.
Salah-satu yang lakukan adalah mengizinkan kepada umat Islam Ahmadiyah untuk beribadah secara bebas di wilayahnya.
"Biarkan mereka beribadah kepada Tuhannya, sejauh dia tidak melanggar norma kesusilaan," katanya. "Mereka saudara-saudara saya juga."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.