"Akibatnya, informasi baru tentang biologi dan sejarah kehidupan coelacanth ini penting untuk konservasi dan pengelolaan spesies ini," ucap Mahe.
Baca juga: Pithecantropus, Manusia Purba Paling Banyak di Indonesia
Dalam studi masa depan, para ilmuwan berencana menganalisis secara lebih lanjut untuk mengetahui apakah tingkat pertumbuhan spesies ini berkaitan dengan suhu.
Jawaban yang akan muncul bakal memberikan beberapa wawasan baru tentang dampak perubahan iklim pada spesies yang rentan ini.
Nenek moyang coelacanth berevolusi 420 juta tahun yang lalu, selamat dari pergeseran benua dan serangan asteroid yang memusnahkan dinosaurus.
Tinggal di gua-gua di dasar laut, coelacanth dapat tumbuh hingga 1,8 meter, dengan bobot lebih dari 90 kilogram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.