Sarif mengatakan, masyarakat Suku Tengger yang akan menggelar ritual itu sudah memahami tentang protokol kesehatan Covid-19 sehingga mengajukan permohonan untuk menutup akses wisatawan menuju Gunung Bromo.
"Ini juga saya kira dipahami oleh tetua adat atau masyarakat Tengger mengingat usulan penutupan kunjungan wisatawan untuk masyarakat umum itu rekomendasi dari PHDI Probolinggo dan Pasuruan yang tujuannya yang kami tangkap salah satunya terkait pengendalian Covid-19," jelasnya.
Sarif mengatakan, ritual tahunan itu akan dilaksanakan dengan protokol kesehatan Covid-19 seperti yang sudah disepakati.
"Prokes kita masih mengacu pada SOP yang telah disepakati," katanya.
Pihaknya akan menerjunkan personel di setiap akses masuk untuk memastikan tidak ada wisatawan yang nekat masuk.
Baca juga: Memotret Sisi Hidup Bung Karno yang Tak Tercatat Sejarah, 29 Perupa Cat Air Pamerkan 31 Karya
Untuk akses dari Probolinggo akan ditutup di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, akses dari Pasuruan akan ditutup di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, sedangkan akses dari Malang dan Lumajang akan ditutup di Jemplang.
"Personel disiagakan di pintu masuk Coban Trisula Jemplang, Wonokitri dan Cemorolawang Desa Ngadisari diibantu mitra terkait," jelasnya.
"Untuk masyarakat Tengger di Probolinggo dan Pasuruan juga membantu screening sebelum pintu masuk Cemorolawang dan Wonokitri, jadi hanya masyarakat Tengger saja yang bisa masuk ke Bromo di tanggal-tanggal tersebut," katanya.
Yadnya Kasada merupakan ritual adat keagamaan masyarakat Suku Tengger yang digelar setiap tahun, yakni setiap hari ke-14 Bulan Kasada dalam penanggalan Tengger.
Berbeda dengan Gunung Semeru yang berada dalam satu kawasan taman nasional dengan Gunung Bromo. Pendakian di Gunung Semeru tetap dibuka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.