KOMPAS.ccom - Tari topeng tak bisa dilepaskan dari sang maestro Mimi Rasinah dari Indramayu yang telah meninggal pada tahun 2010.
Meski kebudayaan ini sudah tersohor di berbagai wilayah di Indoneisa, Tari Topeng Mimi Rasinah menjadi tonggak sejarah perekembangan kesenian tari topeng di masa modern.
Mimi Rasinah lah yang mengubah tradisi tari topeng dari yang awalnya ditarikan kaum pria lalu dibawakan oleh kaum perempuan.
Baca juga: Tari Topeng Kuncaran dari Jawa Barat
Rasinah adalah generasi ke-9 penari tari topeng. Dia adalah perempuan pertama yang melakoni kesenian tari ini.
Awalnya, tari topeng hanya ditarikan oleh pria, sedangkan para wanita menarikan tari ronggeng.
Namun karena tari ronggeng identik dengan tarian untuk menggoda pria. Maka untuk menyelamatkan kehormatan anaknya, ayah Rasinah pun memutuskan untuk mengajarkan tari topeng ke putrinya.
Baca juga: Tari Topeng Malangan: Sejarah, Makna, Gerakan dan Propertinya
Di usianya yang masih belia, 5 tahun, Rasinah kecil digembleng sang ayah, Lastra, seorang dalng topeng.
Tak hanya sang ayah. Rasinah kecil juga mempelajari berbagai tarian pada sosok Warimah, seorang dalang topeng yang menjadi idolanya.
Gerakan demi gerakan diikuti oleh Rasinah hingga mahir. Darah seni yang mengalir di dirinya membuat semua gerakan dilakukannya dengan lincah. Kemampuannya pun terus diasah meski secara informal.
Baca juga: Tari Topeng Cirebon
Melalui pertunjukan babarang atau ngamen, keterampilan lain seperti bermain kendang, mulai dikuasai oleh Rasinah.
Tak hanya kendang pentungan, kendang ditepak pun dikuasai olehnya. Padahal, penguasaan penggunaan kedua kendang itu biasanya lebih dikuasai oleh pria.
Inilah yang menjadi awal perjalanan emansipasi Rasinah, kemampuannya tari dan berbagai instrumen musik pun terus ia asah hingga beranjak dewasa.
Baca juga: Tari Topeng Losari dari Surakarta, Menari dengan Mata Tertutup
Namun perjalanan hidup Rasinah tak harus sempurna. Ia mengalami kesulitan ekonomi hingga karirnya di pentas tari harus berhenti akibat situasi politik.
Saat zaman penjajahan Jepang, rombongan topeng ayahnya sempat dituduh sebagai mata-mata sehingga sebagian topeng dan aksesoris tari topeng dimusnahkan.