Lepas dari penjajahan Jepang, semua kesenian rakyat, termasuk tari topeng, dilarang tampil pascaperistiwa G30S.
Hal ini terjadi karena kesenian rakyat identik dengan LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Baca juga: Pertamina Budaya dan Upaya Pelestarian Tari Topeng Cirebon
Selama 20 tahun, tari topeng seakan tertidur. Selendang dan topeng pun digantung begitu saja. Saat itu, Mimi Rasinah hanya bermain gamelan untuk mengiringi pertunjukan sandiwara suaminya.
Namun, pada 1994, tari topeng Mimi Rasinah “ditemukan” kembali oleh dosen STSI Bandung.
Dengan berjalannya waktu, tari topeng Rasinah mulai diakui masyarakat luas. Perempuan Indramayu itu terus mengembangkan kemampuannya.
Tariannya yang indah menghipnotis mereka. Melihat hal itu, Rasinah bangkit dan mulai melestarikan kembali tari topeng dengan mengajar ke sekolah-sekolah di Indramayu hingga bertahun-tahun.
Baca juga: Kamboja dan Thailand Berebut Warisan Tari Topeng
Ide-ide Rasinah pun selalu keluar secara spontan, bahkan tak jarang improvisasinya keluar tak beraturan.
Berkat kemahiran serta pengalamannya yang panjang, ciri khas dan pakem Rasinah tak pernah berubah. Seluruh tariannya selalu terlihat halus dan memukau.
Adaptasi gerakan pun tak jarang terlihat aneh dan nyentrik.
Salah satunya ketika Rasinah mempertunjukan Tari Pamindo. Rasinah membuat gerakan layaknya mencuci baju dan mencari kutu. Bahkan, reporter pada masa itu sempat menuliskan kekagumannya akan pandainya Rasinah dalam mengimprovisasi gerakan sehari-hari.
“Ia (Rasinah) menjadi seorang yang galak dan lincah dalam Tari Pamindo. Penonton melihat gerakan yang ia ambil dari gerakan sehari-hari. Gerakan mencuci baju dan gerakan mencari kutu yang lalu ia tindas di kuku,” seperti dikutip dari Buku Mimi Rasinah.
Baca juga: Kala Bocah 4 Tahun Lawan Reklamasi lewat Tari Topeng
Ketika usia mulai tak memungkinkan dirinya untuk sering menari, Rasinah menurunkan keahliannya menari topeng pada anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya dengan membuka Sanggar Tari Mimi Rasinah.
Termasuk pada cucunya Aerli Rasinah.
Awalnya, tari topeng Mimi Rasinah akan diwariskan kepada anaknya yaitu Mimi Wacih. Namun, karena Wacih bekerja di luar negeri untuk menghidupi keluarganya, maka Rasinah pun menyarankan Aerli, sang cucu, untuk menjadi penerus.
Baca juga: Kartini Kisam, Penjaga Tari Topeng Betawi