KOMPAS.com - Raja Ampat menjadi salah satu destinasi wisata andalan yang ada di Provinsi Papua Barat.
Keindahan pesona alamnya yang eksotis, kecantikan terumbu karang, dan warna-warni ikan di lautan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Raja Ampat.
Tak heran, Raja Ampat masuk dalam wishlist destinasi wisata favorit para traveler.
Baca juga: Jembatan Ambruk, 5 Wisatawan di Raja Ampat Jatuh ke Laut Saat Berfoto, Tak Ada Korban Jiwa
Salah satu legenda yang hidup di Raja Ampat adalah legenda tentang tujuh telur.
Sebagian masyarakat Papua percaya bahwa Raja Ampat berasal dari seorang perempuan yang menemukan tujuh telur di sekitar perairan Kali Raja.
Perempuan itu bernama Buku Denik Kapatlot. Suaminya, Aliau Gawan, meminta istrinya merebus telur. Namun, Denik menolak dan berharap telur tersebut menetas.
Tak lama, enam telur menetas dan menjelma menjadi manusia.
Baca juga: Raja Ampat Larang Kapal Wisata Masuk pada 6-17 Mei 2021
Lima di antaranya laki-laki dan seorang perempuan. Namun, satu jelmaan laki-laki menghilang dan tak ditemukan lagi.
Masyarakat percaya dia kembali ke alam gaib. Keempat anak laki-laki yang tersisa diberi nama Klanagi War, Kalanamiyan, Untusan, dan Kelimuri. Sementara yang perempuan bernama Pin Tekik.
Empat telur menetas dan menjadi pangeran yang kemudian menguasai empat pulau terbesar di wilayah tersebut, yakni Pulau Misool, Pulau Waigep, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta.
Sedangkan tiga telur lainnya yang menetas menjadi perempuan, batu, dan hantu.
Baca juga: Kapal Wisata dari Raja Ampat Terbakar di Selat Buton, ABK Lompat ke Laut
Orang Fiawat mulanya merasa akan menang karena Buku Denik Kapotlot hanya berdua dengan suaminya. Mereka tak menyadari bahwa penjelmaan telur-telur itu telah ikut membantu pertandingan itu.
Lalu Pin Tekuk, satu-satunya perempuan di keluarga tersebut melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Gurabesi yang diyakini ia dan pasukannya menguasai Kesultanan Tidore, Maluku.
Baca juga: Raja Ampat Masuk dalam Pengembangan Destinasi Wisata Prioritas
Sementara itu, dikutip dari nationalgeographic.grid.id, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Yusdi N Lamatenggo, membenarkan bahwa banyak versi mengenai sejarah nama Raja Ampat.