Beban kuliah di Harvard, lanjutnya, juga cukup tinggi. Bacaan wajib mahasiswa setiap minggunya sekitar 300-400 halaman.
"Misal kalau ada jadwal kuliah pagi jam 10, di sini waktunya jam 9 malam dan kalau kuliah sore jam 5 ya di sini jam 4 pagi. Ini tantangan yang luar biasa karena harus bergelut dengan perbedaan waktu yang mengubah drastis pola kerja dan tidur," urainya.
Lulus dari Harvard University meraih dua penghargaan
Muhammad Rifky Wicaksono belum lama ini diwisuda dari program master hukum Harvard University. Semua tantangan yang Ia hadapi dengan kerja keras akhirnya membuahkan hasil.
"Alhamdulillah, sangat bersyukur bisa menyelesaikan studi dalam waktu 10 bulan dan wisuda kemarin Mei," tandasnya.
Tak hanya itu, putera tunggal pasangan Nur Iswanto dan Rukmowati Brotodjojo, ini lulus dengan mengantongi dua penghargaan Dean’s Scholar Prize.
Penghargaan ini diberikan karena Rifky mendapatkan nilai tertinggi untuk dua mata kuliah, yaitu Mediation dan International Commercial Arbitration.
Ia juga mendapatkan predikat Honors untuk tesisnya yang merumuskan theory of harm baru untuk hukum persaingan usaha Indonesia dalam menganalisis merger di pasar digital.
Tahun ini Rifky, menjadi satu-satunya orang Indonesia yang lulus dari program Master of Laws Harvard Law School yang dikenal sebagai almamater mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
Baca juga: Pasien Covid-19 di Sleman Memburuk secara Cepat, UGM Pastikan Bukan Varian Baru
Kini ia telah menyimpan surat penerimaan di program S3 Hukum di University of Oxford untuk meneliti lebih jauh tentang penerapan hukum persaingan usaha di era ekonomi digital dan dampak ekosistem digital terhadap persaingan.
Dia akan memulai perkuliahaan pada bulan September 2021 mendatang.
Setelah menyelesaikan pendidikan doktoralnya, ia berharap dapat berkontribusi terhadap pembaruan hukum persaingan usaha di Indonesia.
Rifky berpesan kepada generasi muda untuk berani bermimpi dan tidak takut menghadapi kegagalan. Sebab dari kegagalan justru bisa banyak belajar menjadi lebih baik.
"Kegagalan bukan musuh kita. Musuh sebenarnya adalah ketakutan atas kegagalan karena ketakutan itu yang membuat kita takut bermimpi. Maka beranilah bermimpi sebab kemajuan bangsa kita bergantung pada orang-orang dengan mimpi besar dan rela jatuh bangun untuk mewujudkan mimpi mereka," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.