Usai lulus ia diterima bekerja di firma hukum ternama di tanah air yakni Assegaf Hamzah and Partners.
Setelah bekerja selama satu tahun, Rifky memutuskan untuk kembali mengabdikan diri di almamaternya menjadi asisten dosen.
Mewujudkan mimpi masa kecil, kuliah di kampus top dunia
Rifky mempunyai mimpi untuk bisa kuliah di kampus top dunia. Melalui kerja keras dan perjuangan yang tidak mudah, mimpi itu pun menjadi kenyataan.
Berawal pada tahun 2016, Rifky mencoba peruntungan mengikuti seleksi beasiswa Jardine Foundation. Ia pun berhasil studi S2 di University of Oxford.
Pria kelahiran Yogyakarta 28 tahun silam ini menjadi orang Indonesia pertama yang mendapatkan gelar Magister Juris dari University of Oxford pada 2017.
Di kampus tersebut ia juga mengharumkan nama bangsa dengan meraih penghargaan Distinction yang merupakan predikat akademik tertinggi untuk studi master hukumnya.
Selepas lulus dari Oxford ia menjadi dosen tetap di FH UGM.
Pada 2020, Rifky memutuskan untuk kembali memperdalam ilmu dengan mendaftar S2 ke Harvard.
Jalan untuk menembus Harvard tidaklah mudah, begitupun memperoleh beasiswa.
Umumnya bantuan beasiswa hanya diberikan bagi mereka yang belum pernah mengambil studi S2.
Namun kondisi tersebut tidak mematahkan asa Rifky untuk terus berusaha hingga akhirnya, berhasil memperoleh beasiswa pendidikan dari Harvard.
"Akhirnya saya bisa kuliah dan lulus dari Harvard, tapi belum pernah menginjakkan kaki di sana. Gelarnya dari Harvard, tetapi kuliah dari rumah di Maguwoharjo Sleman," ucapnya sembari tertawa.
Baca juga: Sejarawan UGM: Suku Kalang Jawa Diduga Satu Ras dengan Dani dan Asmat di Papua
Situasi saat itu memang pandemi Covdi-19. Kondisi tersebut memaksa sebagian besar kampus di dunia menutup kuliah tatap muka dan diganti secara daring, termasuk Harvard.
Diakuinya ada tantangan tersendiri melakukan perkuliahan secara daring terutama yang terberat adalah perbedaan waktu yang cukup besar antara Indonesia dengan Amerika sekitar 11-12 jam. Sehingga harus mengubah pola tidurnya.