"Misalnya, saya ingin mencari tahu informasi apa yang sedang dilakukan Kejati Lampung, saya tinggal cek saja sosmednya," kata Taufik.
Taufik menambahkan, informasi yang mudah diakses masyarakat bisa menjadi indikator instansi tersebut terbuka terhadap publik.
"Masyarakat bisa mencari perkembangan, misalnya kasus yang menjadi perhatian publik, ataupun hal lain. Ini harus dipertahankan," kata Taufik.
Respons masyarakat
Yang dilakukan Kejati Lampung mendapat respons berbeda dari masyarakat.
Tias Astika (24) misalnya, sengaja berhenti sejenak di samping kantor Kejati Lampung untuk melihat foto para buronan.
Gadis yang bekerja sebagai pramuniaga di kawasan Teluk Betung ini baru tahu bahwa Satono hingga kini belum juga tertangkap.
"Baru sadar, Mas, ada info buronan di situ. Baguslah, biar malu sekalian ditonton orang banyak yang lewat sini," kata Tias.
"(Buronan) yang paling saya tahu itu Satono, yang mantan Bupati Lampung Timur itu, kan udah lama itu ya enggak ketangkap," ucap Tias menambahkan.
Tandri Kurniawan (32), warga Kecamatan Teluk Betung Utara juga takjub dengan videotron tersebut.
Tandri tertawa terbahak-bahak membayangkan betapa malunya keluarga para buronan itu jika melihat anggota keluarga tampil di videotron.
"Pasti malu. Bayangin, lagi lewat ngeliat bapak atau saudaranya ditampilkan dan ditulis buronan DPO," kata Tandri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.