Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Nasional di Indonesia, Sudah Ada Sejak Zaman Sriwijaya

Kompas.com - 13/06/2021, 12:12 WIB
Rachmawati

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Meskipun konsep taman nasional modern dicetuskan pertama kali oleh Amerika Serikat, ternyata Indonesia sudah memiliki cikal bakal taman nasional sejak zaman klasik Nusantara.

Hal tersebut terungkap dari buku Taman Nasional Indonesia: Permata Warisan Bangsa yang ditulis oleh Pungky Widiaryanto.

Pada 5 Juni 2021, Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dan Karavan Cendekia menyelenggarakan sebuah acara diskusi yang mengupas tentang taman nasional di buku ini.

"Di buku ini dijelaskan bahwa ternyata sejak kerajaan Sriwijaya, sudah ada kesadaran bahwa Nusantara memiliki keindahan yang harus diselamatkan," kata Heni Masruroh, dosen Pendidikan Geografi di Universitas Negeri Malang yang menjadi panelis dalam diskusi dikutip dari nationalgeographic.grid.id.

Baca juga: Hore! Taman Nasional Ujung Kulon Sudah Bisa Dikunjungi Lagi

Bagaimana kisahnya?

Kerajaan Sriwijayaindonesia.go.id Kerajaan Sriwijaya
Heni menjelaskan bahwa orang-orang di Sriwijaya memiliki kebiasaan untuk berburu. Namun lama-kelamaan, muncul kesadaran dari kerajaan untuk membangun sebuah taman pelestarian. Hal tersebut dijelaskan melalui Prasasti Talang Tuo.

Di prasasti tersebut tertulis bahwa Raja Sri Jayanasa membangun Taman Sriksetra, yakni sebuah taman yang berisi segala jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan dari seluruh penjuru Sriwijaya.

Taman tersebut diresmikan pada 23 Maret 684 dan sang raja berharap bahwa taman ini dapat digunakan untuk kebaikan segala makhluk.

Taman Sriksetra menjadi kawasan konservasi pertama yang diketahui di Nusantara. Taman ini juga menjadi cikal bakal taman nasional yang kita kenal saat ini.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Di zaman kolonial

Ilustrasi seorang pria tengah snorkeling di lautan jernih dengan terumbu karang indah di Bunaken.(SHUTTERSTOCK/SOFT_LIGHT) Ilustrasi seorang pria tengah snorkeling di lautan jernih dengan terumbu karang indah di Bunaken.
Rekam jejak taman nasional di Nusantara baru kembali muncul di zaman kolonial Belanda. Eksploitasi rempah juga diikuti dengan penelitian saintifik terhadap tanaman-tanaman di setiap daerah jajahan.

"Pada abad ke-17, VOC memonopoli perdagangan Nusantara dan mengeksploitasi daerah jajahannya. Banyak pohon ditebang dan ditanami rempah-rempah," ujar Heni.

"Akan tetapi, Belanda kemudian juga mengembangkan riset-risetnya, terutama di masa pemerintahan Raffles dari Inggris."

Baca juga: Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut Kerajaan Maritim?

Di masa Raffles dibangun Kebun Raya Bogor sebagai pusat penelitian flora di Hindia Belanda.

Namun Kebun Raya Bogor, dan juga Taman Sriksetra masih menjadi pusat konservasi ex situ, dan belum dapat disebut sebagai taman nasional yang sesungguhnya.

Dalam buku ini, tertulis bahwa konsep taman nasional modern sendiri dicetuskan oleh Amerika Serikat.

"Jadi, Amerika sudah sadar bahwa alam itu menawarkan sebuah keindahan yang harus diselamatkan," tutur Heni.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemkot Tangerang Ingin Bangun Lebih Banyak Community Center yang Multifungsi

Pemkot Tangerang Ingin Bangun Lebih Banyak Community Center yang Multifungsi

Kilas Daerah
BMKG Prediksi Gelombang Tinggi dan Hujan Lebat di Wilayah Papua dan Maluku

BMKG Prediksi Gelombang Tinggi dan Hujan Lebat di Wilayah Papua dan Maluku

Regional
Rumah Terbakar di Kampar, Korban Sempat Selamatkan Sepeda Motor Saat Tabung Gas Meledak

Rumah Terbakar di Kampar, Korban Sempat Selamatkan Sepeda Motor Saat Tabung Gas Meledak

Regional
Berpotensi Jadi Tersangka, Polisi Buru Sopir Bus ALS yang Tewaskan 1 Penumpang di Agam

Berpotensi Jadi Tersangka, Polisi Buru Sopir Bus ALS yang Tewaskan 1 Penumpang di Agam

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

Regional
4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

Regional
Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Regional
Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Regional
Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Regional
Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com