KOMPAS.com - Di tengah keterbatasan fisiknya, Sartono, pria berusia 58 tahun asal Kampung Sekalekan, Kelurahan Klaten, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, tetap semangat membuat karya seni patung dari kertas.
Dilansir dari TribunSolo, Sartono kehilangan penglihatannya setelah jatuh dari ketinggian 1,5 meter pada usia 3 tahun.
Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Jabar, Gubernur Ridwan Bantah Ada Rumah Sakit Tolak Pasien
"Dulu kalau cerita dari orang tua saya, saat saya berumur tiga tahun pernah jatuh dari ketinggian 1,5 meter. Saat itu saya sedang bermain dengan kakak saya," papar Sartono, Senin (7/6/2021) lalu.
Lalu, sejak kelas 3 sekolah dasar, Sartono mengaku benar-benar tak bisa lagi bisa melihat.
"Sejak itu saya sudah benar-benar tidak bisa melihat. Jadi gelap semua," tambahnya.
Baca juga: Curi ATM, Sales Bobol Uang Tabungan Pelanggan Rp 64 Juta di Blitar, Ini Kronologinya
Saat ditemui di rumahnya, Sartono sedang membuat patung salah satu tokoh nasional, Soekarno.
Kedua tangan Sartono sibuk memilih tumpukan kertas berwarna coklat, lalu melumurinya dengan lem yang ada di samping kakinya.
Terkadang tangan Sartono meraba-raba mencari kertas yang sesuai dengan bentuk yang diinginkannya.
Baca juga: Ketika Para Penyandang Tunanetra Mengaji dengan Metode Braile...
Di sela-sela waktu itu, Sartono menceritakan, keahlian membuat patung dari kertas diperoleh dari salah satu tetangganya.
"Dari situ saya mau belajar cara bikin patung tapi saya enggak bisa melihat prosesnya. Kemudian saya minta izin sama yang membuat patung agar diizinkan untuk merabanya dan akhirnya diizinkan untuk meraba," katanya.
"Setelah merasakan bentuk luar patungnya seperti apa, saya berinisiatif untuk membuat patung sesuai dengan keinginan saya," tambahnya.
Sartono mengaku, dirinya sempat tak percaya diri untuk memasarkan patung karyanya itu.
Namun, setelah didukung keluarga dan rekan-rekannya memberanikan diri.
"Baru saya pasarkan selama 12 tahun ini karena dahulu tidak yakin karya saya bisa laku untuk dijual," ujarnya.
Saat ini, kata Sartono, harga satu patung dibanderol kisaran Rp 400 ribu.
Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Jabar, Ini Langkah Gubernur Ridwan Kamil
"Dahulu sih harganya Rp 250 ribu tapi harga bahan-bahannya juga naik, jadi harganya juga ikut naik," tambahnya.
Sartono pun mengaku, setelah berani memasarkan, dirinya sempat mendapat tawaran dari orang Bali untuk membuat patung-patung dan dijual di Pulau Dewata.
"Saya diminta untuk membuat empat patung dalam waktu sebulan tapi tawaran itu saya tolak karena kondisi saya yang begini (tidak bisa melihat)," paparnya.
Untuk membuat satu patung berukuran besar, Sartono mengaku butuh waktu sekitar 20 sampai 30 hari.
Apabila cuaca mendung, proses pembuatannya akan lebih lama.
Lalu, untuk bahan patung, dirinya menggunakan kertas bekas karton atau kertas semen.
"Bahan-bahannya ada yang beli dan dapat dari rongsokan," jelasnya.
Mesipun penglihatannya tak sempurna, Sartono mengaku detail patung karyanya sangat jelas.
"Kenapa bisa lumayan detail, misal untuk bagian kaki, tangan, atau muka karena saya rasakan dengan cara meraba," terangnya.
Namun dirinya mengakui, untuk bagian detail wajah cukup sulit dilakukan.
"Memang untuk bagian muka saya belum bisa terlalu detail karena terkendala pengelihatan," katanya.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo dengan judul: Kisah Sartono, Seniman Tunanetra Pembuat Patung Asal Klaten: Tak Bisa Melihat Sejak Kelas 3 SD
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.