Dikutip dari laman desdm.bantenprov.go.id, penemuan opal di Indonesia hanya ada di Banten tepaynya di Kabupaten Lebak yakni Kecamatan Maja, Cimarga, Sajira, dan Curugbitung.
D keempat kecamatan tersebut sampai saat ini masih dilakukan penggalian kalimaya dan telah menghasilkan berbagai jenis kalimaya yang sangat berharga di pasaran batu permata.
Bahkan kalimaya asal Banten melampaui opal yang berasal dari negara lain seperti Australia atau Afrika.
Salah satu tempat penggalian yang cukup produktif, yaitu di Ciluwuk, yang berada sekitar aliran sungai Ciberang.
Baca juga: Ingin UMKM Naik Kelas, Menkop Teten: Biar Enggak Cuma Keripik dan Akik
Di wilayah perniagaan batu permata yang cukup lama, kalimaya sering dikenal sebagai istilah Indonesia untuk opal yang tergolong dalam batu permata.
Di kalangan pelaku pengusaha, kalimaya diklasifikasikan dalam 5 jenis yakni
Salah satu lokasi yang ia gali adalah di tengah perkebunan warga di Kamping Cicae, Desa Mekarsari, Kecamatan Sajira, Lebak.
Pada Rabu (9/6/2021), Iwan terlihat bermandi peluh menggali lubang beukuran 1x1 meter.
Ia bercerita mencari batu kalimaya saat ini tidak mudah. Jika dulu kalimaya bisa ditemukan di kedalaman tanah 5-10 meter, kini dia harus menggali hingga 40 meter ke perut bumi.
Baca juga: Edwin Super Bejo Kini, Berhenti Jadi Anak Moge dan Sesali Bisnis Batu Akik
Ia bercerita butuh waktu antara dua hingga tiga bulan untuk mencapai kedalaman yang diinginkan. Namun keyakinan tersebut tidak jadi jaminan pasti ditemukan batu di sana.
"Hanya prediksi saja, karena dari lubang sebelumnya, ada urat batu yang mengarah ke lubang yang lagi digali ini," kata Iwan sudah 21 tahun mencari kalimaya.
Itu artinya dia tengah bertaruh dengan waktu dan nasib. Jika tidak beruntung maka kalimaya bisa didapatkan. Sebaliknya akan rugi tenaga dan biaya jika nihil.
Beruntung dana menggali lubang kali ini dibiayai oleh orang lain yang dia panggil bos. Untuk menggali satu lubang sedikitnya harus ada biaya sekitar Rp 30 juta.
Baca juga: Edwin Super Bejo Mengaku Bodoh Sempat Ikuti Tren Bisnis Batu Akik
Biaya tersebut dikeluarkan untuk uang makan penggali hingga biaya pretelan lubang tambang.
"Kalau dapat batu kita untung, kalau zonk, rugi besar, ini galian kedua, bulan lalu ditinggal karena tidak ditemukan sama sekali batu Kalimaya," kata Iwan.
Saat masih proses penggalian Iwan dapat upah mingguan Rp 300.000 dari bos.
Sementara saat sudah menambang batu, pendapatan berupa bagi hasil penjualan.
Kata dia, pada 2014 lalu, dia bersama timnya, pernah mendapat Rp 40 juta dalam sekali jual batu seukuran ibu jari.
"Sekarang mah dapat seukuran itu susah, sudah jarang, batunya kecil-kecil," kata dia.
Iwan mengaku tetap bertahan jadi penambang lantaran tidak ada pilihan pekerjaan lain.
Baca juga: Pencari Batu Akik Temukan Granat Buatan Jerman di Sungai