PEKANBARU, KOMPAS.com - Video aksi nekat tiga murid sekolah dasar (SD) menyeberangi sungai dengan cara bergelantungan di keranjang rotan di Desa Kuntu Darussalam, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau, viral di media sosial.
Aksi anak-anak tersebut menjadi perhatian banyak kalangan. Sebab, tempat penyeberangan itu cukup berisiko bagi keselamatan mereka.
Baca juga: Ini Cerita Sebenarnya di Balik Video Viral 3 Bocah SD Bergelantungan Seberangi Sungai di Riau
Dari komentar di sejumlah akun Instagram yang mengunggah video itu, terlihat netizen memberikan komentar negatif terhadap pemerintah daerah.
Mereka mempertanyakan kinerja pemda hingga membiarkan tiga bocah tersebut bertaruh nyawa untuk ke sekolah.
Lalu, bagaimana fakta sebenarnya?
Babinsa Koramil 05/Kampar Kiri, Kodim 0313/KPR, Serma Karyawanto mengatakan, dia sudah datang menemui warga setempat dan anak-anak tersebut, Jumat (11/6/2021).
Baca juga: 5 Fakta Video Viral 3 Bocah SD Berseragam Merah Putih Bergelantungan Seberangi Sungai
Tiga bocah SD yang ada dalam video itu berinisial DZ (11) dan adiknya JZ (8), serta MW (8).
Ketiganya murid SD Kuntu Darussalam. DZ kelas dua, sedangkan JZ dan MW kelas satu.
Dari penjelasan orangtua ketiga bocah itu, mereka bergelantungan agar lebih cepat sampai ke rumah.
Ada jalan dan jembatan di sekitar daerah itu. Namun, mereka memilih jalan pintas dengan menaiki keranjang yang sebenarnya digunakan untuk mengangkut buah sawit.
Jalan yang seharusnya dilalui oleh anak-anak itu ada di samping kebun menuju sekolah.
"Saya sudah cerita sama mereka dan mereka mengaku menyeberang sungai dengan bergelantungan di keranjang rotan itu karena takut sepatunya basah. Dan mereka mengaku juga biasa saja. Katanya perasaan takut cuma sedikit," cerita Karyawanto saat dihubungi Kompas.com, Jumat.
"Kata penjaga kebun selama ini tidak pernah dilakukan oleh anak-anak untuk menyeberang di situ. Karena lokasi itu memang khusus buat melansir sawit ke seberang sungai," kata Karyawanto menambahkan.
Berdasarkan keterangan dari Kepala Desa Kuntu Asril, bahwa tempat penyeberangan anak-anak tersebut bukan akses jalan desa.
Tetapi, jalan yang dibuat oleh pemilik kebun untuk mengangkut buah kelapa sawit.