Kemudian, air laut biasanya berbau lebih tajam dan menyengat dari hari-hari biasanya.
"Ini asinnya menyengat sekali kalau terjadi tsunami. Ini orang dulu (yang mengalami tsunami) yang bilang begitu," kata dia.
Ia menambahkan, warga Desa Sarongan sudah terbiasa dan tahu apa yang dilakukan jika terjadi tsunami.
Salah satunya jika terjadi gempa besar, mereka sudah pasti mencari tempat tinggi untuk evakuasi diri.
Warga juga sudah terbiasa dengan mitigasi skema 20-20-20.
Baca juga: Potensi Tsunami di Laut Selatan Jatim, Pakar Geologi ITS Minta Pemerintah Sosialisasi Rumus 20-20-20
Skema ini adalah pedoman mitigasi bencana bagi masyarakat awam, terutama yang tinggal di kawasan pesisir pantai.
Skema tersebut menjelaskan jika masyarakat merasakan guncangan selama 20 detik, maka setelah itu harus mengevakuasi diri.
Sebab, dalam 20 menit potensi tsunami akan terjadi. Selanjutnya, masyarakat diimbau lari menjauhi pantai menuju tempat yang lebih tinggi, dengan ketinggian minimal 20 meter.
"Kita sudah persiapkan daerah 20 meter ke atas, ini agar masyarakat aman. Kita sudah memberi angan-angan ke masyarakat, hingga pengenalan tanda-tanda," kata dia.
Baca juga: Perkuat Kesiapan Hadapi Potensi Tsunami, Kepala BMKG Kunjungi Blitar, Ini yang Dibahas