Di lokasi kejadian, sebut dia, ada saksi yang melihat kejadian itu, yaitu dua orang tukang panen sawit dan satu wanita teman korban.
"Saya minta tolong sama tukang panen, tapi dikejar (sama suami) lalu ditamparnya. Tukang panen pun pergi dari lokasi. Sedangkan saya sudah mau mati ditindih adiknya karena susah bernapas," kata I.
I menjelaskan, statusnya dengan terduga pelaku sudah bercerai secara agama sejak 7 Desember 2020 lalu.
Sedangkan cerai secara hukum negara masih dalam proses di Pengadilan Agama Kota Pekanbaru, Riau.
"Dia tidak mau pisah sama saya, tapi saya tak anggap dia suami lagi. Saya sudah tak tahan dianiaya. Dia pun juga sudah nikah sirih dengan wanita lain. Jadi, kebun sawit tak boleh dipanen sama dia, padahal punya orangtua saya. Hasil panen juga buat biaya sekolah dan makan dua anak sama saya. Anak yang paling tua sama dia (suami)," kata I.
Sejak menikah 1999 silam, I juga mengaku sudah sering mengalami kekerasan dari suaminya. Mulai dari dipukul, ditendang, ditampar hingga kepala dibenturkan ke dinding.
Bahkan, korban mengaku sering diancam dibunuh.
"Dia sudah berapa kali mau bunuh saya. Memang dia itu mau membunuh saya, biar kebun sawit dan semua harta bisa dikuasainya. Padahal kebun sawit dan semua harta milik orangtua saya. Dia cuma terima enaknya saja. Dia ambil mobil dan rumah terus dikasih ke istri barunya itu. Sedangkan saya sendiri sekarang ngontrak rumah," kata I.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.