Dengan pendekatan itu, sang nenek akhirnya luluh dan bersedia tes antigen.
"Pertama masih berontak, lalu saya kasih tahu. Jangan banyak gerak biar nanti alat swab-nya tidak menusuk ke mana-mana. Kalau kena tusuk lebih sakit. Lihat saya, kalau takut lihat saya. Terus saya ulang-ulang dengan bahasa seperti itu. Akhirnya, alhamdulillah bisa selesai di-swab. Itu yang saya lakukan," ujar Yunus.
Di pos penyekatan Jembatan Suramadu, Yunus juga cukup aktif berinteraksi dengan masyarakat yang melintas di kawasan tersebut.
Semua warga asal Madura yang masuk ke Surabaya diberi pengertian agar ikhtiar yang dilakukan pemerintah untuk menjaga keselamatan bersama bisa diikuti seluruh elemen masyarakat.
"Setiap ada yang melintas, saya tanya. Mau ke mana pak. Kemudian saya sampaikan permintaan maaf kalau perjalanannya agak terganggu karena ada penyekatan. Saya sampaikan begitu," kata Yunus.
Baca juga: Detik-detik Aparat Keamanan Pukul Mundur KKB Setelah 2 Jam Kontak Senjata di Distrik Ilaga, Puncak
"Lalu saya ajak untuk bersama-sama ikhtiar ikut membantu mengatasi penyebaran Covid-19 dengan bersedia di-swab. Saya juga memberikan dukungan ke masyarakat agar kasus Covid-19 di Bangkalan bisa cepat tertangani dengan baik," imbuh Yunus.
Yunus mengaku lahir dan besar di Bangkalan, Madura. Hal itu membuatnya fasih berbahasa Madura.
Ia juga ingin kasus Covid-19 di Bangkalan tertangani dengan baik. Bagaimanapun, kata Yunus, ia merupakan warga Madura dan memiliki orangtua yang tinggal di Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan.
"Bangkalan itu tanah kelahiran saya, Surabaya tempat saya mencari rezeki. Bapak Ibu saya ini tinggal di Bangkalan. Keduanya ini kan sama-sama penting bagi saya," kata Yunus.
"Jadi yang saya upayakan, yang saya inginkan, Covid-19 Bangkalan bisa selesai, di Surabaya bisa terjaga, masyarakat bisa paham kalau ini semata-mata ikhtiar pemerintah dalam melindungi masyarakat. Jadi saya mohon jangan ada pikiran macam-macam, karena bagi saya ikhtiar itu wajib," imbuh Yunus.