Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tempe, Makanan Sejuta Umat yang Bertahan di Tengah Gempuran Kedelai Impor

Kompas.com - 08/06/2021, 12:52 WIB
Rachmawati

Editor

'Lebih gurih dan enak'

Membuat tempe dari kedelai lokal tidak hanya menguatkan identitasnya sebagai makanan khas Indonesia, itu juga bisa membuatnya menjadi lebih enak.

Sutono (53) telah memproduksi tempe dari kedelai lokal sejak awal dekade 2010-an. Ia menganggap kedelai lokal sebagai kedelai yang segar, sehingga menghasilkan tempe yang enak.

"Jadi kedelai lokal itu, freshness-nya (kesegaran) dapat, taste-nya (rasa) dapat. Orang lebih melihat itu sebagai konsumsi yang bergengsi, kalau tempenya pakai kedelai lokal," kata pengusaha yang berbasis di Surabaya itu.

Baca juga: Satgas Pangan Polda Jatim: Harga Kedelai Masih Tinggi di Sejumlah Daerah

BBC News Indonesia diberi kesempatan mencoba tempe yang dibuat dari kedelai lokal dan membandingkannya dengan tempe dari kedelai impor. Hasilnya, tempe dari kedelai lokal memiliki tekstur yang lebih lembut dan rasanya memang lebih gurih.

Harga tempe Hienak (singkatan dari higienis dan enak) buatan Sutono memang sedikit lebih mahal dari tempe di pasar.

Namun para pelanggan Sutono masih bisa menerimanya. Ia menyalurkan tempenya ke supermarket dan menjualnya secara online, tanpa ongkos kirim.

Baca juga: Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu: Terpaksa Naikkan Harga walau Rugi

Ilustrasi Tempe GembusKompas.com Ilustrasi Tempe Gembus
Sutono mengatakan perusahaannya, Pendekar Tempe Sakti, tengah merintis untuk mengekspor tempenya ke Korea, Jepang, dan Inggris. "Tanggapan mereka bagus," katanya.

Dalam seluruh tahapan produksi tempenya, Sutono berusaha menerapkan standar kebersihan dan keamanan yang baik hingga produknya mendapat sertifikat ISO 9001 dan 22000.

Bagi dirinya, itu merupakan salah satu cara untuk membuat tempe kembali "naik kelas".

"Jadi kalau semuanya itu di lingkungan kerja yang baik, semuanya distandarkan baik maka orang itu akan jadi percaya, dan itu akan menaikkan pamor dari produk kita sendiri," ujarnya.

Baca juga: Harga Kedelai Dunia Turun, Kemendag Berharap Produsen Tempe Makin Bergairah

Bagaimanapun, fakta bahwa sebagian besar kedelai yang menjadi bahan baku tempe berasal dari luar negeri tidak menjadikan makanan itu "kurang Indonesia", menurut sejarawan kuliner Fadly Rahman.

Itu karena tradisi dan sejarahnya sangat khas Indonesia.

Namun alangkah baiknya, kata Fadly, jika Indonesia dapat memenuhi kebutuhan kedelainya dari dalam negeri, karena dengan itu masyarakat Indonesia bisa mempertahankan tempe "secara paripurna" sebagai identitas kulinernya.

"Sehingga dengan begitu kita mengangkat martabat para petani kedelai kita supaya tidak selalu kalah dengan kedelai-kedelai impor."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Listrik Sering Mati, Warga OKU Demo PLN Bawa Satu Truk Barang Elektronik Rusak

Listrik Sering Mati, Warga OKU Demo PLN Bawa Satu Truk Barang Elektronik Rusak

Regional
Kasus Pemalsuan Nilai di Untan, Oknum Dosen Usulkan Mahasiswa Tak Pernah Kuliah untuk Seminar Proposal

Kasus Pemalsuan Nilai di Untan, Oknum Dosen Usulkan Mahasiswa Tak Pernah Kuliah untuk Seminar Proposal

Regional
Diguyur Hujan Deras, Ratusan Rumah di Sikka Terendam Banjir

Diguyur Hujan Deras, Ratusan Rumah di Sikka Terendam Banjir

Regional
Penjelasan DPRD Kota Serang soal Anggaran Baju Dinas Rp 360 Juta

Penjelasan DPRD Kota Serang soal Anggaran Baju Dinas Rp 360 Juta

Regional
Kabupaten Natuna Berstatus Siaga Darurat Bencana Kekeringan

Kabupaten Natuna Berstatus Siaga Darurat Bencana Kekeringan

Regional
Ayah dan Anak Nekat Curi Solar Milik PLN di Tapal Batas Sota Merauke

Ayah dan Anak Nekat Curi Solar Milik PLN di Tapal Batas Sota Merauke

Regional
Laporkan Pacar Anaknya atas Kasus Pencabulan, Ayah Korban Ternyata Ikut Memerkosa

Laporkan Pacar Anaknya atas Kasus Pencabulan, Ayah Korban Ternyata Ikut Memerkosa

Regional
Ditagih Belanjaan Sembako Rp 45 Juta, IRT Pelaku Penipuan Maki Korban

Ditagih Belanjaan Sembako Rp 45 Juta, IRT Pelaku Penipuan Maki Korban

Regional
Penutupan Bandara Sam Ratulangi Manado Diperpanjang, Abu Vulkanik Gunung Ruang Ganggu Penerbangan

Penutupan Bandara Sam Ratulangi Manado Diperpanjang, Abu Vulkanik Gunung Ruang Ganggu Penerbangan

Regional
Hujan Disertai Angin di Semarang, Puluhan Rumah Roboh dan Pohon Tumbang

Hujan Disertai Angin di Semarang, Puluhan Rumah Roboh dan Pohon Tumbang

Regional
Sambut HUT Ke-76 Provinsi Sumut, Pj Gubernur Hassanudin: Momen Ini Jadi Ajang Evaluasi dan Introspeksi

Sambut HUT Ke-76 Provinsi Sumut, Pj Gubernur Hassanudin: Momen Ini Jadi Ajang Evaluasi dan Introspeksi

Regional
Korban Banjir di Lebong Bengkulu Butuhkan Air Bersih dan Pangan

Korban Banjir di Lebong Bengkulu Butuhkan Air Bersih dan Pangan

Regional
Terjerat Kasus Fidusia, Seorang PNS di Salatiga Ditangkap Polisi

Terjerat Kasus Fidusia, Seorang PNS di Salatiga Ditangkap Polisi

Regional
Kakek yang Hilang di Pantai Rogan Flores Timur Ditemukan Meninggal Dunia

Kakek yang Hilang di Pantai Rogan Flores Timur Ditemukan Meninggal Dunia

Regional
Perampok Bersenjata Api yang Gasak Toko Emas di Blora Masih Buron

Perampok Bersenjata Api yang Gasak Toko Emas di Blora Masih Buron

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com