Membuat tempe dari kedelai lokal tidak hanya menguatkan identitasnya sebagai makanan khas Indonesia, itu juga bisa membuatnya menjadi lebih enak.
Sutono (53) telah memproduksi tempe dari kedelai lokal sejak awal dekade 2010-an. Ia menganggap kedelai lokal sebagai kedelai yang segar, sehingga menghasilkan tempe yang enak.
"Jadi kedelai lokal itu, freshness-nya (kesegaran) dapat, taste-nya (rasa) dapat. Orang lebih melihat itu sebagai konsumsi yang bergengsi, kalau tempenya pakai kedelai lokal," kata pengusaha yang berbasis di Surabaya itu.
Baca juga: Satgas Pangan Polda Jatim: Harga Kedelai Masih Tinggi di Sejumlah Daerah
BBC News Indonesia diberi kesempatan mencoba tempe yang dibuat dari kedelai lokal dan membandingkannya dengan tempe dari kedelai impor. Hasilnya, tempe dari kedelai lokal memiliki tekstur yang lebih lembut dan rasanya memang lebih gurih.
Harga tempe Hienak (singkatan dari higienis dan enak) buatan Sutono memang sedikit lebih mahal dari tempe di pasar.
Namun para pelanggan Sutono masih bisa menerimanya. Ia menyalurkan tempenya ke supermarket dan menjualnya secara online, tanpa ongkos kirim.
Baca juga: Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu: Terpaksa Naikkan Harga walau Rugi
Dalam seluruh tahapan produksi tempenya, Sutono berusaha menerapkan standar kebersihan dan keamanan yang baik hingga produknya mendapat sertifikat ISO 9001 dan 22000.
Bagi dirinya, itu merupakan salah satu cara untuk membuat tempe kembali "naik kelas".
"Jadi kalau semuanya itu di lingkungan kerja yang baik, semuanya distandarkan baik maka orang itu akan jadi percaya, dan itu akan menaikkan pamor dari produk kita sendiri," ujarnya.
Baca juga: Harga Kedelai Dunia Turun, Kemendag Berharap Produsen Tempe Makin Bergairah
Bagaimanapun, fakta bahwa sebagian besar kedelai yang menjadi bahan baku tempe berasal dari luar negeri tidak menjadikan makanan itu "kurang Indonesia", menurut sejarawan kuliner Fadly Rahman.
Itu karena tradisi dan sejarahnya sangat khas Indonesia.
Namun alangkah baiknya, kata Fadly, jika Indonesia dapat memenuhi kebutuhan kedelainya dari dalam negeri, karena dengan itu masyarakat Indonesia bisa mempertahankan tempe "secara paripurna" sebagai identitas kulinernya.
"Sehingga dengan begitu kita mengangkat martabat para petani kedelai kita supaya tidak selalu kalah dengan kedelai-kedelai impor."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.